“Janganlah menghakimi, dan kamu pun tidak akan dihakimi. Janganlah menghukum, dan kamu pun tidak akan dihukum. Ampunilah dan kamu akan diampuni.”

Gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak. Siapa yang pernah mendengar peribahasa itu? Banyak dari kita yang sering tanpa sadar suka menghakimi orang lain tanpa tahu kebenaran yang sebenarnya. Kata si A “si B tuh kalau kerja tidak pernah benar, salah melulu. Bahkan dengar-dengar ia suka tidur saat bekerja”. Melihat contoh di atas secara tidak langsung ini adalah tindakan menghakimi dengan menyebarkan gosip yang belum tentu benar.

Karena itu, coba deh mulai hari ini mari kita mencari tahu kebenaran sebuah berita terlebih dahulu baru pahamilah bagaimana bisa terjadi seperti itu. Ada sebab pasti ada akibat. Kalau sudah menemukan masalahnya, maka kita perlu mencari solusinya, bukan menghakimi. Menghakimi itu bukan solusi, tetapi menambahkan masalah. Seolah-olah si B tidak pernah ada baiknya. Firman Tuhan dalam Lukas 6: 37 pun mengingatkan kita agar tidak gegabah dalam menghakimi, agar kita pun tidak dihakimi.

Sebelum kita menghakimi orang lain, lebih baik kita berdiam terlebih dahulu, pikirkan terlebih dahulu, dan telaah terlebih dahulu. Apa dampak dari perkataan yang kita dengar atau yang akan dilontarkan? Apakah hal tersebut bisa merubah orang lain? Menjatuhkan orang lain atau membangun orang lain? Ingat mulutmu adalah harimaumu. Gunakan mulutmu sebagai sumber berkat untuk sesama. Jika memang si B kerja nya tidak baik coba obrolkan 4 mata dengannya. Tanyalah kepadanya mengapa dia seperti itu apakah ada masalah yang terjadi sampai mengganggu pekerjaannya dan apa yang bisa kita bantu. Ini namanya solusi! Manusia itu mahluk sosial, tidak bisa berdiri sendiri pasti tetap butuh orang lain. Ingat gunakan mulutmu sebagai berkat bukan kutuk.

(NN)