Warta Minggu Ini
PERARAKAN ALKITAB

“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”
(Mazmur 119 : 105)

Ketika pertama kali Majelis Jemaat mewartakan bahwa dalam kebaktian akan ada prosesi perarakan Alkitab, pada saat memulai dan mengakhiri kebaktian, saya pribadi bertanya di dalam hati, mengapa harus ada perarakan Alkitab seperti ini? Seakan hal ini memberikan kesan kita sedang mengultuskan Alkitab. Mungkin bukan hanya saya yang mempertanyakan pertanyaan seperti ini. Mungkin ada pula yang kesal dengan adanya perarakan seperti ini karena untuk masuk dan keluar dari gereja menjadi lebih banyak aturannya. Kemudian saya menyadari bahwa persoalannya terletak pada kurang pahamnya kita tentang makna perarakan Alkitab ini. Saya mulai mendapatkan pemahaman akan makna perarakan ini setelah Pdt. Addi S. Patriabara menyisipkan tentang maknanya di dalam khotbahnya beberapa waktu lalu.

Apabila kita mengingat Mazmur 119 : 105, kita bisa membayangkan bagaimana pemazmur mencintai Kitab Suci yang dia percaya, melaluinya dia mendapatkan kebenaran Firman Tuhan, Firman Allah yang menuntunnya pada jalan yang benar, dan mengarahkan dirinya pada keputusan-keputusan dalam hidupnya. Karena itu, dia memuji Firman sebagai pelita bagi kakinya, dan terang pada jalannya. Firman akan membuatnya hidup pada jalan dan terang Allah.

Alkitab adalah Firman Allah, karena itu Alkitab menjadi salah satu simbol kehadiran Allah dalam kebaktian. Gereja-gereja reformasi, seperti GKI, memahami Firman Tuhan sebagai pusat kebaktian. Alkitab menjadi simbol kehadiran Allah melalui Firman yang diberitakan. Karena itu, Alkitab ditempatkan paling depan dalam perarakan. Perarakan Alkitab pada saat memulai kebaktian bermakna untuk menyambut hadirat Allah yang hadir di tengah kita dan menyambut kehadiran-Nya di dalam kebaktian kita. Perarakan ini bukan menyambut Alkitab ataupun iring-iringan pendeta dan para pelayan kebaktian. Oleh karena itu dalam menyambut perarakan Alkitab, kita berdiri dengan khidmat sambil merasakan hadirat Allah yang sungguh hadir di tengah kita.

Begitu pun dengan perarakan Alkitab pada saat mengakhiri kebaktian yang bermakna hadirat Allah yang berjalan keluar mendahului kita untuk menuntun kita kembali ke kehidupan keseharian kita masing-masing, sambil mengingat Firman yang telah disampaikan pada waktu khotbah. Karena itu kita pun menyambut perarakan tersebut sambil berdiri dengan sikap khidmat sambil merasakan tuntunan dan penyertaan Allah yang selalu menyertai kita ketika kita kembali memasuki kehidupan kita di minggu yang baru.

Dengan adanya pemahaman yang benar akan makna dari prosesi perarakan Alkitab semoga kita pun terlibat aktif dalam menjaga ketertiban selama kebaktian. Sikap ini akan menolong terciptanya suasana yang khidmat sehingga kita semua bisa sungguh merasakan hadirat Allah dan mengalami perjumpaan dengan-Nya di dalam kebaktian kita. Selamat menikmati perjumpaan dengan Allah. Kiranya Tuhan memberkati.

(Sylvana)

KAMU ADALAH GARAM DUNIA
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang...