
Marilah kita membayangkan kondisi di padang gurun. Padang gurun tentu sangatlah panas dan gersang. Dalam setahun, padang gurun biasanya hanya menerima curah hujan yang sangat sedikit. Bahkan, fauna yang dapat bertahan di gurun hanyalah fauna yang mampu menyimpan air seperti unta. Hewan-hewan kecil lainnya seperti serangga bersembunyi pada waktu siang karena sinar matahari yang sangat terik. Rasanya, tidak ada orang yang berminat tinggal di padang gurun.
Walaupun demikian, Tuhan menuntun orang-orang Israel selama empat puluh tahun di padang gurun. Di dalam Ulangan 8:2 dikatakan, “Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.” Karena itu,padang gurun di dalam tradisi Kekristenan dipahami sebagai tempat pemurnian diri. Orang-orang Israel dimurnikan di padang gurun selama empat puluh tahun sebelum mereka memasuki tanah perjanjian. Di padang gurun yang gersang, mereka mengalami berbagai pencobaan yang memunculkan beragam sifat asli mereka yakni ketamakan, keegoisan, kemarahan, dan lain sebagainya. Orang-orang Israel diajak untuk menemukan “iblis” yang ada di dalam diri mereka sendiri dan memeranginya bersama dengan Tuhan. Dengan demikian, di padang gurun itu, mereka belajar untuk berserah kepada Tuhan dan membiarkan mereka dipimpin oleh Tuhan.
Pada rangkaian Seri Doa Pentakosta tahun 2018, kira akan berbicara mengenai pemurnian diri. Dalam masa pemurnian diri, Tuhan mengajak kita untuk masuk ke dalam padang gurun kehidupan, yakni sisi-sisi tergelap kita sebagai manusia. Dalam pemurnian diri, kita diminta untuk jujur di hadapan Tuhan.Pertanyaannya, hal-hal apa sajakah yang menghalangi kita untuk jujur di hadapan Tuhan?
Maukah kita menyambut undangan Tuhan untuk masuk ke dalam padang gurun di hidup kita? Maukah kita terbuka pada Roh Kudus yang akan menuntun kita untuk mengakui sisi-sisi tergelap kita? Maukah kita dibersihkan dari berbagai “kotoran” di hidup kita? Maukah kita dimurnikan sehingga kita akan timbul seperti emas?
Pokok doa :