
“Engkau ini akan menabur, tetapi tidak menuai, engkau ini akan mengirik buah zaitun, tetapi tidak berurap dengan minyaknya; juga mengirik buah anggur, tetapi tidak meminum anggurnya.”
(Mikha 6 : 15)
Mungkin di antara kita pernah terpikir kenapa orang yang hidup dengan jujur menjadi lebih sulit kehidupannya dari mereka yang tidak jujur. Orang yang korupsi ternyata lebih kaya, dan kelihatannya mereka lebih bahagia. Atau pernahkah kita juga merasa bahwa kita yang sudah banyak melayani Tuhan tetapi koq dalam hidupku ini tetap saja berhadapan dengan masalah? Menurut logika kita, cara hidup yang ‘lurus’ akan berbuahkan kesejahteraan yang lebih baik, namun kenyataannya tidak demikian. Inilah paradoks kehidupan. Hal ini mungkin membuat kita berpikir kembali buat apa mengikuti Tuhan karena melakukan perintah-Nya belum tentu membuat hidup kita menjadi lebih baik. Sebaliknya mengikuti hal yang bertentangan dengan kehendak-Nya mungkin akan lebih memberikan kebahagiaan bagi kita.
Di dalam Alkitab, Tuhan tidak menjanjikan bahwa kehidupan kita akan bebas dari segala permasalahan atau tanpa adanya beban. Kita harus berhadapan dengan pergumulan dan bekerja keras dalam hidup ini. Nas dalam kitab Mikha, misalnya, mengingatkan kita bahwa hal yang baik kita lakukan dalam hidup ini, belum tentu akan membuahkan hal yang positif atau kita menuai hal yang baik. Kita yang menabur belum tentu kita yang akan menuainya. Inilah ciri ajaran dalam kekristenan. Hidup ini, bahkan keselamatan, bukanlah hal taken for granted. Keselamatan yang dianugerahkan Tuhan perlu kita pelihara. Hidup pemberian Tuhan, tetap harus kita jalani dengan kerja keras dan menemukan maknanya.
Pemberian Tuhan yang gratis tidak cukup kita respons hanya dengan duduk dengan manis tanpa harus berbuat sesuatu. Kita tetap diminta untuk berkarya dalam hidup kita sesuai dengan ajaran Kristus dengan menunjukkan kasih pada sekeliling kita dan menunjukkan semangat untuk berjuang bagi hidup ini. Untuk itu kita perlu terus-menerus memelihara relasi kita dengan Tuhan. Kita belajar memahami ajaran-Nya lebih baik serta berkomunikasi melalui kehidupan doa kita bersama Dia.
Sekali lagi, hidup ini adalah paradoks. Antara yang baik dan jahat; antara sehat dan sakit; antara gembira dan sedih; antara bahagia dan susah. Biarlah di tengah paradoks kehidupan, kita tetap belajar berserah, bergumul bersama Tuhan. Belajar melakukan kehendak-Nya dengan tetap berbagi kasih kepada sesama. Berjuang untuk hidup ini tanpa menyerah. Hidup kita juga kita pakai menjadi berkat bagi sesama ketika kita dapat menginspirasi banyak orang. Hidup harus tetap dijalani sesulit apapun. Percayalah, Tuhan selalu ada bersama kita. Dia menguatkan dan meneguhkan kita untuk terus berjalan dalam ziarah hidup bersama-Nya. Kiranya Tuhan memberkati kita.
(David Situmeang)