
“Aku akan berkata kepada utara: Berikanlah! dan kepada selatan: Janganlah tahan-tahan! Bawalah anak-anak-Ku laki-laki dari jauh, dan anak-anak-Ku perempuan dari ujung-ujung bumi, semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!”
(Yesaya 43: 6 – 7)
Datang ke kebaktian pada Masa Raya Paska adalah sebuah perjuangan tersendiri, apalagi pada Masa Raya Natal. Saya biasanya masih bisa duduk di bangku “prima” sepuluh menit menjelang kebaktian Minggu dimulai, tetapi pada kedua masa raya tersebut saya harus berada di gereja minimal satu jam sebelumnya. Belum lagi mobil yang diparkir juga membludak. Pada kebaktian tersebut, pengunjung kebaktian selalu banyak. Jadi mengikuti kebaktian masa tersebut seringkali tidak nyaman. Keluarga besar saya bertahun-tahun mengeluhkan kondisi tersebut dan menunjuk penyebabnya yakni para pengunjung yang hanya datang pada kedua masa tersebut, mereka menyebutnya “kapal selam” yang mengambil napas pada Na-Pas (Natal-Paska).
Saya memperoleh pandangan lain ketika mendengarkan podcast seorang pendeta. Ia meminta jemaatnya untuk berdiskusi sebelum khotbah dimulai – siapakah yang akan jemaat ajak untuk hadir dalam kebaktian Paska. Ia kemudian memimpin doa supaya siapa pun yang diajak hadir, entah yang tidak pernah ke gereja, atau yang pernah namun mengalami kekecewaan hidup atau yang merasa tidak perlu ke gereja, beroleh pengubahan hidup dalam kebaktian Paska kelak. Ini sebuah ‘a-ha moment‘ buat saya, jika kebaktian Paska/Natal kelak dihadiri mereka yang hanya hadir dua kali setahun, maka mereka berpotensi mengalami pengubahan hidup dan memperoleh restorasi iman.
Saya membayangkan kerinduan Tuhan bagi mereka sama seperti kerinduan yang dinyatakan Tuhan lewat Yesaya pada ayat di atas. Bahwa tidak ada lagi jarak atau apa pun yang bisa memisahkan Tuhan dari umat-Nya. Semuanya dikumpulkan dan direstorasi untuk kembali kepada fitrahnya sebagai ciptaan yang disebutkan sebagai milik Tuhan sendiri, yang dari awal ditentukan untuk memuliakan Tuhan. Kasih-Nya yang besar kepada manusia (termasuk yang lama absen dari gereja) tidak terkirakan seperti yang dinyatakan dalam ayat sebelumnya di Yesaya 43 – Ia menyertai, Ia menyatakan keberhargaan yang luar biasa hingga Ia menebusnya sendiri.
Saya tidak bisa menyebut jemaat yang absen ini sebagai kapal selam lagi seakan-akan mereka tidak akan mendapatkan dampak apa pun di Paska/Natal. Mereka datang bukan karena kewajiban menghadiri perayaan Kristiani, justru kehadiran mereka bukanlah suatu hal yang insidental sebab di balik keputusan untuk datang, ada karya Roh Kudus.
Di hari Paska saat ini, pikirkan orang-orang yang sudah lama tidak ke gereja, lalu ajak mereka hadir di kebaktian kapan pun kita ingin mengajak mereka. Berdoalah supaya saudara kita ini mengalami restorasi iman. Yuk, jadi alat Tuhan mengantar dan menjemput umat-Nya dari jauh masuk kembali ke rumah Tuhan. Selamat Paska. Kiranya Tuhan memberkati.
(Novi Lasi)