
“Tetapi jawab Tuhan kepadaku: Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan, dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”
(2 Korintus 12: 9 – 10)
Siapa yang tidak mengetahui emas? Saya yakin kita semua mengetahui apa itu emas. Emas merupakan logam mulia bernilai tinggi. Banyak orang yang berlomba untuk mencari dan menyimpan emas, entah sebagai perhiasan atau bahkan sebagai sebuah investasi masa depan. Namun, mengapa emas dapat bernilai tinggi? Selain pembentukannya yang rumit, proses pencariannya pun memakan waktu yang panjang.
Sebelum menjadi emas yang bernilai tinggi, emas pada mulanya berasal dari biji emas yang terkandung pada bebatuan di dalam tanah, sehingga kita bisa membayangkan pada awalnya logam tersebut bisa jadi sangat kotor karena berada di dalam tanah. Setelah ditemukan, logam emas harus dipisahkan dari bebatuan dengan cara dihancurkan. Kemudian emas harus dileburkan dalam suhu yang sangat tinggi agar dapat dibentuk sesuai yang diinginkan. Tidak hanya berhenti di situ, setelah terbentuk dan menjadi padat, emas juga harus ditempa, dipahat, atau diukir kembali dengan pelbagai benda-benda tajam dan kasar untuk memberikan aksen seperti tulisan, gambar, dan sebagainya. Melalui proses yang panjang inilah akhirnya emas dapat berharga dan memiliki nilai yang tinggi.
Emas tidak mungkin menjadi benda yang mahal dan bernilai jika ia tidak melalui proses tempaan yang keras dan kasar. Saya bayangkan begitu pula dengan hidup kita. Perjalanan hidup kita mungkin melalui proses yang berat. Mungkin pada saat ini kita merasa bahwa kita dihancurkan oleh pelbagai permasalahan hidup, dileburkan oleh penderitaan, sehingga merasa sangat lemah dan tidak berdaya. Rasul Paulus pun mengalami hal yang sama. Hidupnya tidak mudah sekalipun dia adalah rasul Tuhan. Dia meminta Tuhan agar mencabut duri dalam dagingnya sebanyak tiga kali. Namun, penderitaan tetap dekat dalam hidupnya.
Namun, apa yang membuat Paulus bertahan bahkan memiliki keteladanan iman yang kuat? Kuncinya adalah saat Tuhan berkata bahwa kasih karunia-Nya telah diberikan kepada Paulus dan itu cukup untuk membuat dia kuat dan bertahan serta melewati berbagai masalah dalam hidup dan pelayanannya. Begitulah kiranya hidup kita pula. Tuhan selalu menaungi kita dengan kasih karunia-Nya. Ia akan selalu memampukan kita melewati segala kesukaran dan kesesakan yang kita rasakan jika kita terus berpaut kepada-Nya. Sebuah tempaan kehidupan memang tidak terasa menyenangkan, tetapi yakinlah itu akan menjadikan hidup kita lebih berarti dan semakin bernilai!
(Dimas Z. Kristiyono, S.Si. (Teol))