Reuni Keluarga Abadi tahun ini sangat berkesan meskipun waktunya sangat singkat karena kesibukan saya akhir-akhir ini di kantor. Reuni keluarga ini menjadi tradisi dikeluarga kami setelah berpulangnya mami hampir dua tahun yang lalu. Tujuannya sangat sederhana, agar kami bersaudara saling rukun dan memperhatikan satu sama lain serta tetap menjalin erat tali persaudaraan seperti janji kami kepada mami sebelum beliau berpulang. Tahun ini, acara reuni keluarga ini mengajar saya untuk makin memahami karya penyelamatan Allah dalam hidup saya. Saya sangat gembira ketika usulan untuk berkunjung ke sebuah Panti Werdha di kota kecil Salatiga disambut dengan penuh sukacita oleh kakak-kakak saya. Rasanya peziarahan hidup ini makin sempurna ketika ditengah kesibukan kami masing-masing, kami dapat meluangkan sedikit waktu untuk berbagi berkat, canda dan tawa dengan warga Rumah Lansia ”Maria Martha”.
Pagi itu, ditengah rasa lelah karena baru saja mendarat di Semarang, kami sekeluarga langsung menuju ke kota Salatiga untuk berbagi Kasih dengan Oma-Oma di rumah lansia tersebut. Ketika tiba di rumah lansia “Maria Martha,” kami pun mulai berkunjung dari kamar ke kamar para warga lansia. Tiba-tiba leher saya rasanya tercekat dan ingin berteriak serta menangis ketika berjumpa dengan seorang Oma yang sudah lanjut usianya terbaring tak berdaya di rumah lansia tersebut. Oma Yen (nama samaran) memegang erat tangan saya sambil menepuk-nepuk dan melipat tangan serta memejamkan matanya, Oma tersebut seolah ingin berkata : “Doakan Oma.” Sejenak saya kurang memahami apa yang Oma tersebut katakan, sampai untuk kedua kalinya Oma tersebut melakukan gerakan yang sama. Dalam hati sempat terbesit, aduh saya tidak pandai berdoa Oma, namun dengan terbata-bata saya pun mendoakan Oma Yen. Selesai berdoa, saya melihat buliran airmata jatuh membasahi wajah tua Oma Yen. Sedih dan remuk hati ini ketika melihat penderitaan para warga senior di rumah lansia tersebut.
Dalam perjalanan pulang menuju ke Semarang, kamipun menyempatkan diri untuk berkunjung di panti werdha ”Omega.” Singkat cerita, setibanya kami di panti werdha “Omega,” betapa terkejutnya saya ketika melihat Ibu Ruth, demikian nama guru SD kami yang duduk di kursi roda dan tampak kurang bersemangat. Setelah mengenang kenakalan masa kecil kami, tiba-tiba Ibu Ruth bisa tertawa lepas. Ada sukacita yang terpancar dari raut wajah beliau ketika menerima kunjungan kasih dari murid-murid didiknya, apalagi ketika kakak tertua saya memberitahu beliau bahwa saya mengikuti jejak beliau dengan menjadi seorang pendidik di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Beliau mengatakan ikut bangga atas kesediaan saya berbagi ilmu dengan almamater. “Semua ini hanya karena kemurahan Tuhan,” jawab saya.
Hidup semakin berwarna ketika kehadiran kita yang singkat dapat memberi secercah harapan dan semangat di wajah warga senior di masa tuanya. Ada Tuhan yang selalu hadir bersama-sama mereka melewatkan hari-harinya di rumah lansia, seperti tertulis dalam Ibrani 13 :5 ”Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”Janji Tuhan begitu teguh. Setiap kali pula ada cara Tuhan memberikan kekuatan dan penghiburan dalam hidup kita. Soli deo Gloria.
(Kumalawati Abadi)