
“Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu”.
(2 Korintus 8: 12)
Bulan lalu dan seterusnya gereja kita menjalankan program #JanjiSehati. Program ini dapat kita sebut pula sebagai janji iman (faith promise giving). Biasanya program sejenis ini dikategorikan sebagai Sumbangan Pembangunan. Namun, ada perbedaan yang esensial antara sumbangan dengan persembahan. Sumbangan merupakan pemberian kepada orang yang memerlukan karena kita memiliki uang atau barang yang diperlukan. Sedangkan persembahan adalah ungkapan syukur kepada Tuhan atas berkat dan anugerah-Nya pada kehidupan kita. Kita memberi karena kita bersyukur atas pemberian Tuhan. Dalam konteks #JanjiSehati atau janji iman maknanya mengarah pada persembahan, bukan sumbangan. Kita ingin memberi bagi pembangunan rumah Tuhan karena kita diberkati oleh Tuhan melalui kehidupan keseharian atau kebersamaan di dalam gereja.
Apabila kita menyimak kebutuhan dana tahap pertama bagi pembangunan the House of Friendship nilainya Rp. 26,5 miliar. Apabila kita mencoba menghitungnya secara matematis, dengan asumsi 3.000 anggota dan simpatisan yang turut serta dalam program ini, maka per orang turut berpatisipasi sebesar Rp. 400.000,- setiap bulan selama 24 bulan. Hitung-hitungan ini, bagi saya, mengajak kita untuk mengajukan pertanyaan reflektif: sebenarnya seberapa nilai persembahan yang pantas saya berikan kepada Tuhan? Apakah jumlah tadi sudah cukup menggambarkan rasa syukur kita apabila dibandingkan dengan berkat yang Tuhan beri kepada kita?
Paulus dalam nasihatnya kepada jemaat Korintus mengajarkan kita bahwa persembahan pada dasarnya tidak berawal dari jumlah yang kita berikan tetapi berlandaskan niat baik dan ketulusan. Persembahan kita, mungkin bersifat pribadi, namun kita perlu memberinya sukarela. Kerelaan dalam memberi adalah wujud bakti kita kepada Allah yang telah memberi keteladanan dalam memberi diri-Nya demi keselamatan kita. Kesadaran bahwa kita adalah orang yang berutang kepada Tuhan atas cinta kasih-Nya kepada kita, inilah yang menjadi dasar pemberian secara sukarela. Karena itulah janji iman selalu dikaitkan janji iman kita kepada Tuhan sebab kita adalah orang-orang yang berutang kepada-Nya.
Hari ini kita kembali diingatkan tentang #JanjiSehati, janji iman kita kepada Tuhan. Biarlah #JanjiSehati itu benar-benar merupakan respons iman kita atas kebaikan-Nya kepada kita. Berdoalah pada Tuhan semoga kita mampu memberikan yang terbaik pada-Nya sebagai ungkapan syukur kita atas semua berkat-Nya dalam kehidupan kita masing-masing.
(David I. Situmeang)