Warta Minggu Ini
DITOLAK

“Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku.”

(1 Timotius 1: 12)

Apakah Anda pernah ditolak? Entah karena cinta, karena status sosial – ekonomi, atau karena pekerjaan. Apapun penyebabnya, sakitnya tuh di sini, alias patah hati. Penolakan dapat membuat orang kehilangan kepercayaan diri, marah, ragu untuk melangkah, merasa traumatis bahkan sampai depresi. Pertanyaan: “apa yang salah dengan saya” yang muncul berikutnya dapat membuat orang semakin terpuruk. Seringkali mereka yang ditolak juga tidak ingin membagi pengalamannya dengan orang lain, sebab “bagaimana kalau orang lain malah membuat saya semakin merasa menjadi pecundang yang pantas ditolak?” Pulih dari penolakan memerlukan waktu lama sehingga seringkali penolakan sudah lebih dulu memengaruhi kesehatan manusia, mental dan fisik.

Saya mengalami penolakan berulangkali dalam hidup saya, baik karena sebab yang sepele sampai kepada hal yang sangat penting bagi saya. Semakin bertambah usia, saya tidak lagi susah tidur ketika mendapat penolakan, kecuali untuk hal yang signifikan buat saya. Namun, bukan berarti sakitnya tuh tidak di sini; penolakan sekecil apapun tetap meninggalkan luka. Bahkan para ahli menemukan otak mempersepsikan sakit karena penolakan sama seperti sakit karena cidera fisik.

Salah satu tokoh Alkitab yang mengalami penolakan dalam pelayanannya adalah Paulus. Ia dicurigai dan motivasinya tidak dipercayai oleh jemaat atau sesama pelayan lainnya. Bayangkan perasaan Paulus – sudah mengorbankan seluruh keuntungan pribadinya (Fil. 3: 5 – 6), tetapi keyakinan dan pelayanannya yang all out, diragukan. Namun di semua tulisan yang dibuat Paulus, kita tidak mendapati satupun keluhan pahit. Bahkan membaca tulisan Paulus selalu membuat orang terbangun imannya. Kunci sikap Paulus ini adalah dia mendapatkan penerimaan dari Kristus. Dia divalidasi oleh Kristus sebagai orang yang setia yang pantas menjalani pelayanan bagi-Nya. Pengakuan Tuhan diberikan kepada siapapun yang dikasihi-Nya. Tetapi mengakui validasi tersebut baru bisa dirasakan jika orang memiliki fokus kepada Kristus. Artinya jika Paulus tidak berfokus kepada Kristus dalam memandang pengalaman hidupnya, ia tidak akan dapat menyadari bahwa ia diakui, diterima, dan dikasihi Tuhan. Jika Paulus berfokus kepada dirinya dan rasa sakit akibat penolakan, ia tidak akan dapat menulis kata-kata yang menjadi ayat renungan ini.

Belajar dari Paulus, mendekat kepada Tuhan ketika mengalami penolakan memberikan kita perspektif baru – supaya kita tidak menjauh dari orang lain yang mengasihi kita dan mampu melihat pengalaman ditolak di dalam rancangan kekal Allah. Mendekatlah kepada Allah sebab Ia dekat kepada orang yang patah hati (Maz. 34: 18). Pssst…, saya kasih tahu satu rahasia: Tuhan Yesus juga ditolak lho….

(Novi Lasi)

ALL YOU CAN DO IS SHARE
“Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” (Matius 6:11 – TB2) Ketika beberapa kali menghadiri sebuah resepsi...