Warta Minggu Ini
BERSUKACITALAH SENANTIASA!

“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”
(Filipi 4 : 4)

Suatu hari ada dua orang yang telah selesai melakukan pendakian di suatu gunung. Oleh karena uangnya habis, maka kedua pendaki itu tidak bisa pulang ke rumah. Akhirnya, salah seorang diantara mereka mengusulkan untuk naik truk yang biasa lewat di jalanan. Dan temannya pun menyetujuinya. Mereka berdua kemudian naik truk yang bersedia mengangkut mereka hingga sampai tujuan dengan selamat. Namun, kondisi truk tersebut agak memprihatinkan. Mesinnya sudah sangat tua dan berjalan sangat lambat. Yang seorang sangat merasa was-was saat menaiki truk tersebut. Namun yang lainnya seolah tidak peduli dan melihat pemandangan yang indah sepanjang jalan. Ketika teman yang menikmati pemandangan melihat temannya yang wajahnya terlihat pucat, ia bertanya, “Apa yang kamu kuatirkan? Lihatlah betapa indahnya alam ciptaan Tuhan. Rugi benar jika kamu tidak menikmatinya!” Apabila kita memerhatikan kekuatiran teman yang pucat pasi, memang wajar sebagai manusia. Namun, apakah dengan ia kuatir maka masalah mesin yang tua dan sangat lambat itu menjadi terselesaikan? Bukankah ketika ia melewatkan untuk menyaksikan setiap ciptaan Tuhan yang indah, ia lupa untuk bersukacita dan bersyukur?.

Berbicara soal kekuatiran, kala itu jemaat Filipi juga merasa kuatir karena mereka termasuk dalam kelompok minoritas. Mereka banyak mengalami tekanan dan kebingungan akan banyaknya ajaran yang tidak sesuai dengan teladan Kristus. Melihat situasi ini, Rasul Paulus lalu mengingatkan jemaat di Filipi untuk senantiasa bersukacita di tengah tekanan yang dihadapi. Bahkan kata “bersukacita” diulangi lagi oleh Paulus. Ini artinya, Paulus benar-benar ingin mengajak jemaat Filipi bersukacita sekalipun banyak hal membuat diri kuatir. Sebagai orang percaya, jemaat seharusnya dapat merasakan bahwa anugerah Tuhan lebih besar, dan inilah yang harus disyukuri. Tidak mudah memang, namun Rasul Paulus juga memberi teladan dengan tetap bersukacita sekalipun ia sedang dipenjara karena dituduh sebagai pengacau saat memberitakan Injil.

Kekuatiran memang menjadi hal yang tak pernah lekang oleh waktu, dan hal itu wajar dialami oleh setiap manusia. Namun di manakah kita akan memberi ruang bagi rahmat Tuhan ketika kekuatiran menjadi fokus kita? Mungkin dalam keluarga, pekerjaan, dan komunitas lain, kita mengalami kesesakan dan kekuatiran. Namun, ingat bahwa segala sesuatu itu ada waktunya dan indah pada waktunya. Jadi tak masalah jika kita sedang mengalami kekuatiran karena suatu hal, tetapi jangan menjadikan kekuatiran itu menutupi rasa syukur kita. Bawa kekuatiran itu dalam doa kepada Allah Sang Sumber Rahmat, sambil terus berkarya bagi Tuhan dan sesama dengan rasa syukur dan sukacita. Dengan kita bersukacita di tengah kesesakan, berarti kita belajar untuk berserah kepada-Nya. Dengan bersukacita, kita juga memberi “hidup” bagi sesama kita. Dengan bersukacita dan terus berdoa, maka damai sejahtera dari Allah, yang melampaui segala akal – yang tidak kita bayangkan – akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus. Selamat bersukacita senantiasa.

(Fransiska D. Aprila)

MENCINTAI UNTUK DICINTAI
“Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.” (Efesus 5 :...