Warta Minggu Ini
ANTUSIASME BERIBADAH

“Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.”

(Mazmur 100: 2 – 3)

Beberapa waktu lalu, kami ikut dalam gerakan “mengantar anak di hari pertama masuk sekolah.” Kami sangat antusias mempersiapkan diri. Kami tahu, putera kami sangat menantikan momen ini, sehingga kami ingin mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Suami saya rela izin untuk terlambat tiba di kantor. Segala keperluan sekolah sudah kami persiapkan. Ketika harinya tiba, kami bangun lebih awal dari biasanya, berangkat lebih pagi demi menghindari kemacetan supaya putera kami tidak terlambat tiba di sekolah.

Lain lagi dengan pengalaman teman saya. Ketika belum lama ini, sebuah film bertema superhero resmi ditayangkan di bioskop, ia dan keluarganya sangat antusias dan rela berjuang demi mendapatkan tiket. Karena film tersebut sudah cukup lama dinantikan penggemarnya, maka antrean tiket cukup panjang. Teman saya dan keluarganya rela menonton film tersebut di sebuah pusat perbelanjaan yang terletak cukup jauh dari rumah, dengan jam tayang yang tak lazim, jam 7 pagi. Itu berarti mereka sekeluarga harus bangun tidur dan berangkat cukup pagi, demi tidak terlambat menonton.

Dari dua pengalaman tersebut, saya mencoba berefleksi tentang kebiasaan beribadah. Di tengah budaya jam karet, tantangan bagi kita saat beribadah adalah datang tepat waktu. Kedua pengalaman tadi menunjukkan, sebetulnya jika kita memiliki antusiasme terhadap sesuatu, maka kita pun pasti akan sangat bersemangat dan rela berkorban apapun, berupaya mempersiapkan diri sebaik-baiknya, termasuk untuk tidak datang terlambat. Kenyataan ini membuat kita bertanya: Bagaimana kita mempersiapkan diri kita untuk menghadiri Kebaktian Minggu? Apakah kita masih memiliki antusiasme yang begitu besar untuk bersekutu dengan Tuhan?

Pemazmur mengingatkan kita untuk memelihara antusiasme beribadah. Saat beribadah, kita diajak untuk bersukacita alias antusias karena kita bukan sekadar beracara dengan manusia biasa, melainkan dengan Tuhan, pribadi yang layak menerima segala hormat dan sembah kita. Kita akan memuji, menyembah dan mendengarkan Tuhan, yang hanya kepada-Nya hidup kita bergantung. Beberapa orang kadang menyepelekan ibadah dan mencari alasan ketika datang terlambat beribadah, “Ah, yang penting saya belum terlambat mendengarkan khotbah!” atau “Masih bagus saya terlambat datang ke gereja, daripada tidak datang sama sekali!”

Sekali lagi, antusiasme dalam beribadah berkaitan dengan persiapan yang kita lakukan untuk menghadirinya. Tentu saja hal ini menunjukkan bagaimana pandangan kita terhadap ibadah itu sendiri, dan Tuhan. Seberapa penting Tuhan dan sesama yang kita jumpai bagi hidup kita. Marilah kita datang beribadah kepada-Nya dengan penuh kerinduan dan sukacita. Marilah kita mempersiapkan diri kita sebaik-baiknya, termasuk untuk tidak terlambat datang kebaktian. Tuhan kiranya menolong dan memampukan kita.

(Illona Farolan)

BERSUKACITA DI TENGAH DUKA
“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam penderitaan, dan bertekunlah dalam doa!” (Roma 12: 12 – TB2) Di saat saya mengalami...