Warta Minggu Ini
SAHABAT SETIA

“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, jangan takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”

Ulangan 31: 6


Ada masa dalam hidup saya ketika saya harus menghadapi kenyataan pahit akibat keputusan yang salah – keputusan yang diambil bersama tim dengan niat baik untuk menolong seorang teman yang sedang membutuhkan. Namun, karena saya yang memikul tanggung jawab utama, semua beban akhirnya jatuh kepada saya. Kalimat, “Seharusnya kamu bisa pertahankan sekalipun dengan nyawamu,” terasa seperti penghakiman berat yang menegaskan bahwa semua ini adalah kesalahan saya, dan sayalah yang harus menanggungnya sendirian.

Saat itu, teman-teman saya berkata dengan penuh semangat, “Tenang, kami mendukungmu, kami akan menemanimu.” Kata-kata itu seperti pelukan hangat, memberi saya keberanian untuk melangkah dan menghadapi tantangan besar di depan. Namun ketika hari itu tiba—hari di mana saya harus mempertanggungjawabkan semuanya—saya menoleh ke sekeliling. Tidak ada satupun dari mereka yang hadir. Yang tersisa hanyalah saya, berdiri sendirian.

Sebelum memasuki ruangan itu, beban di dada terasa semakin menghimpit. “Kenapa mereka tidak di sini? Bukankah mereka bilang akan mendukungku?” pikir saya, dengan kecewa. Tapi di tengah keheningan dan rasa sepi itu, ada suara yang lembut namun tegas, lebih kuat dari kegelisahan saya sendiri: “Aku di sini.” Allah yang setia, Allah yang tidak pernah meninggalkan. Allah yang tidak butuh janji-janji manis untuk menunjukkan dukungan-Nya. Dialah yang memberi saya kekuatan untuk melangkah, mengakui kesalahan, dan menghadapi segala konsekuensi dengan kepala tegak.

Mengakui kesalahan di depan banyak orang itu tidak mudah. Melakukannya tanpa dukungan orang terdekat terasa jauh lebih berat. Namun, di saat manusia mengecewakan, saya belajar bahwa Allah adalah satu-satunya yang setia. Dia tidak hanya memberi kekuatan, tetapi juga damai di tengah badai.

Hari itu, saya menyelesaikan tanggung jawab saya. Meskipun teman-teman saya tidak ada, saya tahu Allah ada bersama saya. Namun, ketika saya akhirnya memutuskan untuk ‘pergi’ dari situasi itu, teman-teman yang sebelumnya dengan semangat berkata akan ikut, ternyata memilih untuk tinggal. Saya kembali merasa sendiri dan bertanya-tanya, “Loh, saya sendirian lagi?” Tapi kali ini, saya lebih memahami alasan mereka.

Di titik terendah itu, saya belajar sebuah pelajaran penting: hanya Tuhan yang tidak pernah ingkar. Dia tidak seperti manusia, yang sering lain di hati, lain di ucapan, atau lain dalam tindakan. Tuhan adalah satu-satunya yang benar-benar setia, selalu ada, menemani, dan menuntun langkah saya.

Ketika segalanya akhirnya selesai, saya menyadari bahwa teman-teman bisa datang dan pergi, bahkan tanpa terikat pada semua hal baik yang pernah terjalin. Janji manusia bisa diucapkan lalu dilupakan. Tetapi kasih Allah tidak pernah meninggalkan. Dia adalah sahabat sejati yang selalu ada, bahkan di saat saya merasa paling sendirian.

NN

REFLEKSI SINGKAT MELAYANI
“Karena itu, Saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab, kamu tahu bahwa...