
“Isteri yang cakap siapa yang dapat menemukannya? Ia jauh lebih berharga daripada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.”
Amsal 31: 10 – 12
Di tengah maraknya semangat memperingati Natal, terselip satu hari spesial di bulan Desember, yaitu tanggal 22 Desember yang sekarang biasa disebut Hari Ibu. Awal sejarahnya adalah untuk memperingati Kongres Perempuan pertama di Indonesia yang menandai semangat kaum perempuan di Indonesia dalam memperjuangkan hak kaumnya untuk memperoleh pendidikan dan kesempatan hidup yang baik. Hal ini penting, karena dari seorang ibulah lahir anak-anak yang akan menentukan masa depan bangsa kita. Saat ini, peringatan Hari Ibu bukan hanya sekadar mengucapkan terima kasih atas pengorbanan ibu yang luar biasa, tapi juga untuk mengingatkan kita semua pentingnya peran seorang ibu atau perempuan dalam membangun generasi muda Indonesia.
Meski kehidupan di zaman dahulu, perempuan seolah dianggap warga dunia kelas dua, namun dari bagian Alkitab yang saya baca, tidak ada satupun ayat yang menyatakan bahwa Tuhan menyepelekan peran perempuan. Bahkan untuk menghadirkan Putra Allah sang Juruselamat, Allah justru memakai seorang Perempuan yang dipilih-Nya untuk menjadi ibu dari bayi Yesus. Dan banyak lagi peran peran perempuan lainnya yang menjadi bagian dari perjalanan karya Allah yang luar biasa.
Perempuan bisa menjadi bagian dari kehidupan manusia yang mendorong terbentuknya hal-hal baik. Misalnya seorang istri mendampingi suaminya tidak saja dalam saat senang, supaya tidak lupa bersyukur kepada Tuhan, tapi juga menyemangatinya agar setia dan taat meski dalam keadaan sulit. Demikian juga peran seorang ibu dalam mendampingi dan mendidik anak-anaknya dalam menempuh pendidikan. Tidak mudah menyerah meski mengalami kendala dalam belajar. Seorang ibu juga bertanggung jawab agar anak-anaknya juga memiliki karakter Kristen, dengan rajin mengingatkan dan / atau memastikan anak- anaknya untuk beribadah.
Namun ada juga perempuan yang tidak menggunakan kesempatan itu dengan baik. Misalnya mempengaruhi suaminya agar giat mencari uang, meski harus korupsi atau merampas hak orang lain. Ada juga yang mati-matian membela anaknya yang melakukan kesalahan bahkan menutupi kesalahan anaknya dengan membayar hakim dan pengacara agar anaknya bebas dari penjara.
Semangat yang lahir di Kongres Perempuan Indonesia dan menjadi cikal bakal peringatan Hari Ibu, menggambarkan karakter perempuan cakap dan bijaksana seperti yang tertulis dalam Amsal 31: 21 “Ia tidak takut kepada salju untuk seisi rumahnya, karena seluruh isi rumahnya berpakaian rangkap” dan Amsal 31: 25 “Kekuatan dan kehormatan menjadi pakaiannya, ia tertawa tentang hari depan.”
Alangkah baiknya jika Perempuan Kristen Indonesia, menggunakan kesempatan seperti yang tertulis dalam Amsal 31 tersebut. Sehingga generasi mendatang memiliki karakter tangguh dan penuh kasih seperti yang Kristus inginkan. Mencintai hidup yang Tuhan anugerahkan, dan selalu menggunakan kesempatan untuk belajar dan berkarya.
(Yudi Ariyanti)