“Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu”
(Matius 6: 22 – 23 – TB2)
Dalam kehidupan manusia, seringkali kita berbeda cara melihat atau memandang suatu benda atau suatu masalah. Ketidakmampuan menerima perbedaan ini berimplikasi pada retaknya relasi. Muncul rasa saling tidak percaya, saling curiga, saling tersinggung, sering mencurigai, saling membenci satu dengan lainnya, yang dapat berakhir pada main hakim sendiri terhadap orang yang berbeda cara pandang dan tindakannya. Bahkan dapat berujung hingga menghilangkan nyawa orang lain, sebagaimana seringkali terjadi belakangan ini. Oleh karena itu, peliharalah mata kita dengan sebaik-baiknya dengan berlandaskan Firman dan Ajaran-Nya. Mata adalah pelita kehidupan kita, karena semua sikap dan pola tingkah kita dalam hidup dan kehidupan mayoritas adalah sebagai akibat cara pandang mata kita.
Kisah penderitaan Ayub dimaksudkan untuk mengajarkan kepada kita bagaimana memiliki mata dan cara pandang yang baik dan positif. Selalu ada rencana terbaik di balik setiap ujian hidup yang Tuhan izinkan menimpa kita. Cara Ayub memandang persoalan mengajar kita, bahwa Tuhan memegang kendali atas hidup dan kehidupan kita. Hidup kita ibarat emas dan begitu berharga di mata Tuhan. Jika Tuhan “membakar” hidup kita, Dia tidak bermaksud menghancurkannya. Sebaliknya, Dia ingin mendapatkan kualitas iman yang teruji, yang murni, sebuah kehidupan yang tanpa cela di hadapan-Nya.
Demikianlah hendaknya umat Kristiani melihat dan menyikapi dan mengatasi setiap masalah, agar kita dapat kembali memiliki iman yang benar dan terus bertumbuh. Kita tidak perlu memakai kacamata negatif atas persoalan yang kita hadapi dan tidak perlu menunjukkan sikap curiga pada orang lain. Namun, hendaknya melihat dan memandang secara positif sehingga kita akan belajar ikhlas dan mendapatkan ketenangan dalam kehidupan ini.
Jadilah terang dunia dan taburkan kasih Kristus melalui cara kita melihat dan memandang berbagai lika-liku hidup kita dengan bersandar serta percaya bahwa sebagai pemberi hidup Tuhan akan senantiasa mendampingi, membimbing dan memelihara semua umat ciptaan-Nya.
Basuki Arlijanto