Warta Minggu Ini
WHEN BAD THINGS HAPPEN

“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.”

(Habakuk 3 : 17 – 18)

Siapapun pasti pernah mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan dalam perjalanan hidupnya. Ada saja hal-hal yang terjadi di luar harapan kita: penderitaan, dan berbagai hal yang sebetulnya tidak ingin kita alami dalam hidup kita. Namun, selama kita masih hidup di dunia ini, kita harus melewati masa-masa itu.

Ayat yang mendasari renungan kita ini juga menggambarkan keadaan yang tidak menyenangkan bagi manusia. “…pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang.” Bila hal ini kita lihat dengan mata dan pikiran kita sebagai manusia, hal ini adalah keadaan yang buruk dan tidak sesuai dengan harapan kita. Kondisi ini menggambarkan keadaan bahwa tidak ada yang membuat hati kita bergembira, Tuhan tidak memberikan apa yang kita harapkan, melainkan justru, sepertinya, mengizinkan kemalangan dan ketidakberuntungan terjadi. Jika peristiwa seperti ini terjadi dalam hidup kita, seperti apakah reaksi kita?

Ayat ke-18 dari Habakuk 3 menggambarkan reaksi yang sungguh tidak biasa terhadap keadaan ini. Tertulis: “namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” Penulis Habakuk menunjukkan rasa syukur dan sukacita itu tidak perlu bergantung pada perasaan kita, atau pada keadaan yang terjadi di dalam hidup kita. Daripada kita terus berfokus memandang pergumulan dan keadaan kita, alihkan pandangan kita kepada Tuhan dan andalkan kasih-Nya yang tidak pernah berubah. Tuhan adalah alasan kita untuk tetap bersyukur dan bersukacita, terlepas dari apapun yang sedang kita alami dan rasakan.

Hidup kita memang tidak selalu berjalan menyenangkan dan sesuai harapan kita. Namun di sinilah kedewasaan dan keteguhan iman kita diuji. Akankah kita tetap bersyukur dan memuji Tuhan, walaupun kemalangan menimpa dan hidup berjalan tidak sesuai dengan harapan? Apakah kita akan tetap percaya pada-Nya, dan melihat bahwa hal-hal buruk dan penderitaan yang terjadi pun, bisa Tuhan pakai untuk pertumbuhan iman kita?

Disinilah sebenarnya penulis Habakuk mengajarkan kita untuk menjadi dewasa merespons penderitaan, khususnya bersukacita dalam kemalangan. Sukacita tidaklah sama dengan perasaan senang atau gembira yang kita alami saat keadaan berjalan dengan baik dan menyenangkan. Sukacita adalah kepuasan sejati yang kita rasakan karena kita melihat bahwa Tuhan sungguh ada yang berarti terang dan pengharapan yang sejati itu sungguh hadir, bahkan di tengah kegelapan dan penderitaan hidup sekalipun.

(Pnt. Illona Farolan)

SABAR
“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.” (1 Korintus...