
“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”
(Mazmur 90 : 12)
Pernahkah Anda merasa waktu begitu cepat berlalu. Rasanya baru kemarin kita mengawali Tahun Baru dengan pesta meriah, sekarang kita sudah masuk mendekati pertengahan tahun. Karena begitu cepatnya waktu berlalu, kadang kita merasa waktu itu telah hilang begitu saja. Istilah waktu yang hilang sebenarnya adalah waktu ketika kita tidak menjalani hidup secara penuh, tidak belajar apapun dari pengalaman, usaha, sukacita dan penderitaan itu sendiri. Kita tidak belajar sesuatu dari hari-hari yang kita jalani. Sebenarnya, waktu yang kita lewati tidak dapat kita ukur hanya berdasarkan kesibukan dan produktivitas. Waktu itu perlu kita evaluasi berdasarkan kualitas dan kreativitas dari hidup yang kita jalani.
Pemazmur menyadari pentingnya menggunakan waktu, dalam hal ini hidup itu, melalui hari-hari yang kita jalani. Dia memakai istilah hati yang bijaksana merupakan hasil dari kualitas waktu yang kita jalani. Apa kuncinya? Tentu saja, panggilan melakukan kehendak Tuhan adalah dasarnya. Orang yang melakukan kehendak Tuhan, orang yang benar-benar ingin hidup dan belajar dari kehidupan dan pengalaman-pengalaman. Dia akan belajar memanfaatkan waktu sekaligus pembelajaran dari setiap kejadian dalam hidupnya. Inilah hikmat yang menjadi akan bekal yang baik bagi penentuan pilihan dan pengambilan keputusan di masa depan.
Karena itu dalam Akitab kita bertemu dengan tiga istilah tentang waktu. Pertama, kronos berbicara tentang waktu yang berurutan, misalnya hari, jam, tanggal. Kedua, aion, yaitu waktu yang tanpa awal dan tanpa akhir, tanpa batas, kekal sifatnya; sesuatu ada dan berakhir begitu saja. Ketiga, kairos, waktu yang berhubungan dengan kesempatan. Waktu yang tak selalu bisa kembali, yang ada pada hari-hari yang kita jalani. Sebenarnya, ketiga istilah waktu itu menghadirkan satu benang merah yaitu apabila kita tidak cermat menggunakan waktu tersebut, kita akan kehilangan kesempatan.
Dalam Alkitab kita berjumpa dengan perumpamaan tentang waktu dan kesempatan. Bagaimana seseorang dianugerahi waktu yang sama, dan bagaimana dia memanfaatkannya untuk hidup yang berkualitas. Misalnya, perumpamaan tentang talenta, ini adalah salah satu contohnya. Si tuan memberi talenta yang berbeda, dan dengan waktu yang sama, dia meminta pertanggungjawaban dari ketiga hambanya. Hamba yang bijak mampu mengembalikan talenta berikut hasilnya; sementara hamba yang bodoh, menyia-nyiakan kesempatan hanya dengan berpikir buruk tentang tuannya dan kembali tanpa hasil. Perumpamaan lain adalah orang yang kaya, yang berpikir hidupnya hanyalah untuk menimbun kekayaan, tetapi tak terduga dia meninggal dunia, sia-sialah dia menimbun hartanya. Dia tak menggunakan waktu dengan baik untuk berbagi kebaikan dan menikmati berkat yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.
Marilah kita menjadi orang yang bijaksana. Jadilah orang yang peka dan berani mengambil keputusan dalam hidup ini, menikmati dan menggunakan waktu yang kita miliki untuk melakukan kehendak-Nya. Jangan biarkan waktu yang kita jalani hilang begitu saja. Soli Deo Gloria!
(Elizabeth Adriana Panggabean)