Warta Minggu Ini
TUHAN MENGUATKAN KITA

“Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu; kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.”
(Yosua 1 : 9)

Selama bertahun-tahun Nuh membangun bahtera tanpa memerdulikan dan mendengar cemoohan sanak keluarga dan teman-temannya karena letak bahtera itu berjarak 800 km dari laut dan amat mustahil terjadi banjir. Mengapa Nuh dapat bertahan untuk tetap membangunnya? Karena Tuhan memberikan dorongan semangat dan kekuatan kepadanya. Demikian juga kepada Musa, yang pernah membunuh orang, diperintahkan oleh Tuhan untuk menyampaikan sepuluh perintah Tuhan kepada bangsa Israel, yang di dalamnya antara lain berisi juga perintah “Jangan membunuh.” Hal ini bukanlah tugas yang mudah, tetapi Tuhan menguatkan dan memberinya dorongan semangat untuk dapat mengalahkan gejolak hatinya agar kesepuluh perintah Tuhan itu disampaikan kepada bangsa Israel. Daud disebut “orang yang sangat berkenan di hati-Nya,” bahkan setelah Daud berzinah dan membunuh, Tuhan mengampuni kesalahannya dan tidak berhenti percaya kepadanya. Paulus dipenjara karena melayani Tuhan. Namun dia tidak pernah undur dari pelayanan, karena Tuhan memberikan kekuatan dan semangat serta menopang Paulus untuk terus mencintai dan mengabdi kepada-Nya.

Jika kita membaca Alkitab, kita akan tahu, bahwa Tuhan selalu di samping anak-anak-Nya, kapan dan dimana saja mereka mengalami kesulitan, Ia akan senantiasa memberikan dorongan semangat untuk keluar dan memenangi kesulitan tersebut. Dalam masa kekinian, apakah kita sebagai umat Tuhan merasakan adanya pemberian kekuatan dan dorongan semangat dari Tuhan pada saat kita mengalami kesulitan dalam perjalanan hidup kita; atau sebaliknya kita merasa ditinggal oleh Tuhan dan berusaha sendiri untuk mencari jalan keluar atas kesulitan yang kita hadapi?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus jujur pada diri kita sendiri bahwa jika kita dapat bertahan hidup sampai saat ini dan lolos dari kesulitan-kesulitan yang kita hadapi: apakah karena kekuatan dan kemampuan pribadi kita, tanpa campur tangan Tuhan? Kalau jawaban kita: “Ya”, maka kita harus memeriksa diri, apakah iman percaya kita masih kuat dan teguh menerima Tuhan Yesus sebagai penolong kita? Apakah iman kita makin bertumbuh ataukah makin kerdil?

Sesungguhnya Tuhan selalu ada bersama-sama kita. Ia ingin kita mengalami yang terbaik dalam hidup kita. Ia mengasihi kita walaupun kita melakukan kesalahan, Ia tetap mau mengampuni dan mengasihi kita. Namun banyak sekali orang Kristen memikul beban rasa tertuduh dan putus asa, padahal beban itu bukanlah dari Tuhan. Sekalipun kita telah melakukan hal-hal yang tidak baik, orang-orang di sekitar kita sinis, bahkan ada yang meninggalkan kita; keluarga acuh tak acuh atau bahkan bungkam seribu bahasa kepada kita, namun ada satu hal yang dapat kita pastikan: Tuhan ada disisi kita bersedia mengampuni kita, menghibur serta menguatkan kita. Mungkin orang-orang di sekitar kita tidak lagi memercayai kita, tetapi Tuhan tidak pernah berhenti memercayai kita. Percayalah, Tuhan menyertai kita, saat ini, besok dan seterusnya. Amin.

(Basuki Arlijanto)

KASIH
“Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama...