Warta Minggu Ini
THERE IS NO LITTLE ENEMY

“Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”

(Roma 12 : 18)

Judul di atas adalah kutipan dari Benjamin Franklin, salah satu founding fathers Amerika Serikat. Secara bebas terjemahan dari kutipan itu adalah “tak ada musuh yang kecil, yang dapat dianggap remeh.” Kata-kata Franklin ini semakin kuat apabila kita sandingkan dengan pepatah Italia yang mengatakan: “Have you fifty friends? It is not enough. Have you one enemy? It is too much.” Kedua kalimat bijak ini sebenarnya mau mengajak kita untuk memikirkan dengan serius relasi kita dengan sesama. Seorang musuh sangat berbahaya bagi kita, walaupun jumlahnya hanya sedikit, sebab merekalah yang paling dulu akan mengetahui kelemahan dan kegagalan kita, kata filsuf Anthisenes.

Hidup berdamai merupakan kunci dari relasi yang sehat dalam komunitas kita. Paulus, misalnya, menasihatkan jemaat Roma untuk mengutamakan perdamaian antar sesama. Di tengah konflik kehidupan bersama, Paulus mengingatkan mereka untuk tidak saling membalas kejahatan dengan kejahatan; tetapi balaslah kejahatan dengan kebaikan (Roma 12 : 17). Paulus sadar kalau jemaat saling membalas yang jahat, maka persekutuan tubuh Kristus di Roma akan berantakan dan hal ini berdampak bagi kekristenan itu sendiri. Karena itu, dia menasihatkan bahwa membalas kejahatan dengan kebaikan adalah pilihan yang sehat bagi jemaat. Hal ini akan menghasilkan perdamaian di antara mereka.

Nasihat Paulus untuk berdamai dengan semua orang menjadi sangat penting dalam hidup kita sekarang ini. Di tengah maraknya kata-kata kebencian, penyerangan kepada mereka yang dianggap musuh secara brutal, saling membalas kejahatan, kita sangat perlu memikirkan bagaimana perdamaian antarsesama dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Kita sudah terlalu lelah dengan peperangan dan pembalasan, apalagi semua itu bertebaran pada saat menjelang pesta demokrasi.

Pada dasarnya perdamaian itu dapat terjadi apabila kita mampu melihat perbedaan itu sebagai kekayaan. Tanpa kehadiran mereka yang berbeda dengan diri kita, hidup kita menjadi kurang lengkap. Mengapa? Sebab setiap orang memiliki kelebihan sekaligus kelemahan. Karena itu, tidak ada manusia yang sempurna. Ketidaksempurnaan itu membuat kita membutuhkan orang lain; dan jangan biarkan ketidaksempurnaan kita menyebabkan kita menjadi pembenci sesama kita.

Penembakan saudara-saudara Muslim di dua mesjid di Selandia Baru saat mereka beribadah merupakan salah satu contoh tragis di mana kebencian itu merasuk hati mereka yang melakukannya. Sebenarnya para pelaku memiliki musuh yang mereka remehkan, dan musuh itu bukan berwujud manusia, tetapi musuh mereka adalah kebencian. Mungkin musuh ini tidak kelihatan, bahkan dianggap kecil, tetapi musuh itu telah menjelma begitu hebat, merusak dan membunuh perdamaian di dunia ini.

Kiranya kita dapat hidup berdamai dengan semua orang. Damai di bumi seperti di surga.

(Isack Malino)

REFLEKSI PENYANGKALAN DIRI
“Akuilah Dia dalam seluruh hidupmu, maka Ia akan meluruskan jalanmu”. Amsal 3: 6 Saya bergumul menantikan harapan mendapatkan sebuah...