Warta Minggu Ini
TELADAN SEORANG ANAK KECIL

“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.”

(1 Timotius 4: 12)


Saya dan teman saya berjanji akan bertemu dan makan bersama di sebuah rumah makan. Teman saya tiba lebih dulu bersama anaknya yang berusia sekitar 5 tahun, bernama Jansen. Setibanya saya di sana, Jansen menasihati saya untuk mencuci tangan dulu sebelum makan. Saya katakan kepadanya bahwa saya sudah mencuci tangan sebelum saya bertemu dengannya. Setelah makan, Jansen mengajak saya untuk mencuci tangan bersamanya. Karena saya merasa tangan saya masih bersih, saya pun menolaknya. Setelah Jansen mencuci tangan, dia menjelaskan panjang lebar mengenai pentingnya mencuci tangan kepada saya. Untuk menghentikan celotehnya, saya berujar: “Anak kecil kok ngajarin orang tua?” Dengan raut wajah putus asa dan kecewa karena nasihatnya tidak saya lakukan, dia menjawab: “Tante, utamakan kesehatan dong!” Saya lalu tersadar bahwa saya tidak menjadi teladan yang baik baginya, melainkan dia yang menjadi teladan untuk saya.

Jansen pastinya belajar dari teladan orangtuanya, gurunya dan orang-orang di sekelilingnya yang mengajarkan hal-hal yang baik. Pemberi teladan tidak selalu berusia lebih tua dan lebih berpengalaman dari kita. Timotius, pengajar umat yang masih muda, belajar dari neneknya, ibunya dan rasul Paulus sebagai bapa rohaninya. Sebagai pengajar muda, Timotius berhadapan dengan orang-orang yang lebih dewasa secara usia dan pengalaman sebagai pengikut Kristus. Namun, Paulus memberikan nasihat dan motivasi untuk tidak kecil hati atau rendah diri ketika berhadapan dengan mereka. Muda bukan berarti tidak mampu untuk mengajar dan memberi teladan. Pengalaman iman bersama Kristus dan mampu mengelolanya menjadi teladan iman merupakan karakter seorang pengajar walaupun dia adalah seorang muda seperti Timotius.

Kita belajar dari Firman Tuhan dan orang-orang yang telah menunjukkan teladan Kristus agar kita mengikuti teladannya. Berapa pun usia kita, kita bisa menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan bagi sesama kita di mana pun kita berada sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui hidup kita. Berapa pun usia kerabat kita, kita dapat belajar pula dari mereka tentang hidup bersama Kristus. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita semua.

(Debby Puspita)

KASIH YANG MEWUJUD
“Perintah yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada perintah lain yang lebih utama daripada kedua...