“Ketika orang banyak mengerumuni Dia, berkatalah Yesus, “Orang-orang zaman ini adalah generasi yang jahat. Mereka meminta suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Yunus”.
Lukas 11: 29
Tentu, kita sudah sering mendengar cerita tentang Yunus semasa Sekolah Minggu. Yunus diperintah Allah untuk pergi ke Niniwe, kota yang besar itu, untuk menyerukan, bahwa kejahatan mereka sudah sampai kepada Allah. Akan tetapi Yunus malah lari ke Tarsis. Tapi, siapa yang bisa melawan perintah Allah? Akhirnya Yunus pergi ke Niniwe, mengumumkan bahwa Tuhan akan menjungkirbalikkan Niniwe dalam waktu 40 hari lagi, oleh karena kejahatannya sudah keterlaluan.
Mendengar hal itu, semua orang Niniwe dari yang kecil sampai rajanya pun, melakukan puasa dan pertobatan massal. Melihat hal itu, menyesalah Allah dan tidak jadi menjungkir balikkan kota Niniwe.
Nyontek dari Ensiklopedi Alkitab, “Syuv” berasal dari bahasa Ibrani, artinya berputar, berbalik kembali, dari tindakan dosa, berbalik kepada Allah lagi. Nabi Yunus menjadi contoh tanda bagi orang-orang Niniwe pada masa itu. Kisah ini pun berakhir dengan happy ending, karena pertobatan massal nya.
Anak Manusia akan menjadi tanda untuk orang-orang zaman ini. Kita hidup di dalam masa penantian, yakni menunggu saat-saat kedatangan-Nya kembali, yakni saat yang ditunggu dengan syukur dan penuh sukacita. Tapi, apakah kita berhak dan layak? Haruskah kita juga perlu melakukan puasa dan pertobatan massal seperti yang dilakukan orang-orang Niniwe pada masa itu, agar juga layak menyongsong kehadiran-Nya?
Mari merenungkannya… Bagi orang Israel, orang Niniwe dan kita semua yang juga termasuk umat perjanjian-Nya dari keturunan Abraham, Ishak dan Yakub, Niniwe menjadi salah satu contoh nyata, begitu murah hatinya Allah kepada umat-Nya yang mau berbalik kepada-Nya. Bertobat berarti kembali kepada Allah, sesudah kita tersesat dan mendurhakai-Nya. Kita meneguhkan kembali iman percaya dan ketaatan kita kepada Allah, agar layak menyambut-Nya dengan penuh syukur dan takzim.
Salam sehat bergas waras!
(Yani Himawan)