“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka… Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik…”
(Kejadian 1: 27, 31a)
Salah satu ajaran Kekristenan tentang manusia adalah bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Hal ini tentu saja berlaku bagi semua manusia. Akan tetapi, pada kenyataannya, manusia cenderung menciptakan kategori dan definisi yang dianggap berlaku untuk semua. Jika dilihat kembali dalam kitab Kejadian, semua manusia pada dasarnya sudah memiliki keindahan sejak diciptakan. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam (Kejadian 1 : 26, 27, & 31).
Semua yang diciptakan berasal dari Sang Keindahan, yaitu Allah. Allah melihat bahwa semua yang diciptakan-Nya sungguh amat baik. Keindahan tersebut bukan hasil dari apa yang dilakukan oleh manusia, melainkan pemberian Allah secara cuma-cuma. Sayangnya manusia jarang memerhatikan keindahan yang sejati dan hanya tertarik bahkan mencandui keindahan yang disebut oleh John J. Navone dalam bukunya yang berjudul Toward a Theology of Beauty sebagai keindahan yang sekadar menggiurkan (seductive beauty).
Contoh dari keindahan yang sekadar menggiurkan adalah adalah kecanduan akan hal-hal yang dianggap indah atau cantik atau keren dalam masyarakat. Misalnya saja untuk perempuan dan laki-laki yang masih menganggap bahwa tubuh yang langsing (atau bahkan cenderung kurus) sebagai gambaran ideal tentang keindahan dan kecantikan. Banyak orang yang berlomba-lomba memakai produk untuk melangsingkan diri, bukan karena kebutuhan kesehatan tetapi semata-mata karena tidak percaya diri dengan bentuk tubuh atau karena ingin terlihat cantik dan dipuji orang lain. Padahal kita semua diciptakan sungguh amat baik, sungguh amat indah, dan sungguh amat cantik. Allah sebagai Sang Kebaikan, Sang Keindahan, juga adalah Sang Kecantikan yang menciptakan kita semua.
Termasuk dengan orang yang tubuhnya langsing, kurus, atau berkulit gelap, semuanya diciptakan sungguh amat cantik.
Termasuk Orang dengan Disabilitas, juga adalah ciptaan yang baik, indah, dan cantik. Masyarakat kita dengan segala ukuran keindahan dan kecantikannya membuat manusia terus-menerus merasa tidak puas dengan dirinya, merasa tidak puas dengan tubuhnya. Masyarakat kita sulit untuk melihat Orang dengan Disabilitas, baik secara fisik maupun secara mental, sebagai pribadi yang juga indah dan cantik. Beberapa orang terlahir dengan keadaan tangan atau kaki yang tidak seperti orang kebanyakan. Beberapa orang juga mengalami kondisi mental tertentu yang tidak seperti orang kebanyakan. Kita semua diciptakan indah karena kita diciptakan dalam rupa dan gambar Allah, Sang Keindahan. Kami mengajak saudara-saudari untuk merenungkan apakah kita sudah terjebak dalam keindahan yang sekadar menggiurkan, keindahan yang bersifat mencandu, dan malah membuat kita “mempertuhankan” keindahan tersebut? Atau kita sebenarnya sudah berada di dalam keindahan sejati, karena Tuhan telah menciptakan kita indah dan cantik secara cuma-cuma, bukan karena usaha kita sendiri. Marilah kita dapat melihat keindahan dalam diri kita sendiri dan keindahan di dalam diri setiap orang yang kita jumpai!
(Pokja Disabilitas GKI Kayu Putih)