
“Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman”.
Matius 28: 20
Salah satu hal yang bagi saya tak begitu mudah dijalani adalah saat berdoa. Semakin panjang kalimat dan durasi berdoa, semakin sulit fokus dan malah lebih mudah teralihkan. Kadang seperti ‘hanya’ ingin didengarkan, baik ucapan syukur, keluhan ataupun permohonan. Tapi selesai berdoa, terasa biasa lagi, lebih banyak lupa apa saja yang sudah saya ucapkan dalam doa.
Di masa Pra Paskah tahun ini, saya mencoba belajar tidak sekadar ingin didengar lewat doa, tapi mulai berefleksi akan kehadiran Tuhan dalam kehidupan saya dalam sebuah folder yang saya beri nama Sejenak aku menoleh, seperti judul pujian dalam PKJ. 244. Berbagai peristiwa yang sudah terjadi dalam hidup, saya tulis ke dalam folder itu. Ternyata tidak mudah walau banyak hal, masih saya ingat dengan jelas. Apalagi jika hal yang akan ditulis itu adalah kepahitan, kekecewaan bahkan hal yang meninggalkan trauma dalam hidup saya. Kadang saya mampu menulis banyak dengan lancarnya, kadang malah lama terdiam tanpa bisa mengetik satu huruf pun walau tahu pasti apa yang akan ditulis. Membaca kembali apa yang saya tulis, membuat saya menemukan Tuhan tak sekadar mendengar, bahkan seringkali sebelum saya sanggup berdoa, ada jawaban atau jalan keluar disediakan. Saat masalah terasa berat, saya seperti diberi kekuatan ekstra untuk bisa bertahan.
Dalam proses menulis refleksi itu, saya juga dipaksa jujur menuliskan bahwa ada peristiwa di mana saya juga mengecewakan Tuhan dengan banyak pilihan salah dalam hidup saya. Dan saya meninggalkan banyak luka serta kekecewaan pada orang-orang di sekitar saya di peristiwa lain.
Tapi di sisi lain, begitu banyak hal baik yang tak berani saya minta, malah diberikan Tuhan kepada saya. Kehadiran Tuhan tidak selalu dalam bentuk jawaban atau jalan keluar. Tapi bisa lewat teguran dan nasihat orang lain. Saya memberi warna-warna berbeda untuk menekankan beberapa peristiwa yang saya yakini, disitulah Tuhan hadir untuk saya. Sehingga ada beberapa paragraf yang begitu berwarna, menandakan kehadiran Tuhan dalam cara-Nya yang berbeda-beda.
Doa saya menjadi lebih pendek setelah proses banyak menulis, keinginan untuk sekadar didengar pun memudar. Tuhan mengerti hati dan pikiran saya, jauh sebelum saya mampu mengucapkannya. Kehadiran Tuhan dalam hidup saya jelas dan nyata, namun hanya sebagian kecil ‘berhasil’ saya ingat dan tuliskan. Sehingga saya merasa begitu disentuh oleh lirik lagu PKJ. 244.
Bukan kar’na aku baik dipegangNya
tanganku erat. Bukan pula orang laik,
hingga aku didekap
O, betapa aku heran, dilimpahkan yang terbaik. Dengan apa kunyatakan,
kasih Tuhan yang ajaib?
Kulakukan, kusebarkan kasih Tuhan yang ajaib
(PKJ 244 – Sejenak Aku Menoleh)
syair dan lagu Pontas Purba, 1991
(Sailorina Herawanni)