“Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang yang sakit kulit; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.” (Matius 10: 8)
Dari sejak anak-anak saya sudah diajarkan untuk membantu sesama baik itu membantu orangtua, keluarga, teman dan orang lain yang memerlukan pertolongan atau bantuan, Sebuah kata yang selalu terucap dari orang-orang yang saya bantu atau tolong tersebut yaitu sebuah kata sederhana “terima kasih”. Sewaktu masih awal masa remaja saya bertanya-tanya apa sebenarnya makna dari “terima kasih” itu sendiri? Apakah setiap apapun yang kita terima dalam keadaan baik baru kita bilang “terima kasih”? Atau kita dalam keadaan yang buruk sekalipun perlu mengucapkan “terima kasih”? Terdengar sederhana, tetapi sayangnya tidak mudah untuk semua orang berkata terima kasih.
Sampai suatu hari saya menemukan makna dari sebuah kata terima kasih melalui video podcast singkat yang amat mendalam maknanya. Podcast tersebut menerangkan bahwa kita tetap merasa dalam keadaan miskin karena seringkali kita lupa berterima kasih saat menerima.
Terima kasih berhubungan erat dengan hukum perputaran bahwa kalau kita menerima sesuatu, kita perlu memberi. Contohnya, seperti gelas yang diisi air diibaratkan sebagai berkat dari Tuhan. Kalau air atau berkat Tuhan itu tidak diberikan atau dikasih pada orang lain, berkat itu menjadi sia-sia. Sebagai pengikut Kristus, kita sudah dibekali dengan hukum kasih yang salah satunya dengan cara memberi. Memberi tidak hanya soal materi tetapi juga waktu, pikiran, tenaga dan lain sebagainya untuk kemuliaan Tuhan.
Alam semesta ini memiliki hukum yaitu hukum perputaran di mana hukum perputaran ini tidak selalu baik keadaannya kadang juga kita sebagai manusia mengalami keadaan yang kurang baik. Dalam keadaan kurang baik rasanya sulit bagi kita untuk mengucapkan terima kasih dan berdampak pada sulitnya kita untuk memberi dan menjadi berkat. Justru saat kita sulit lah kita semestinya membantu sesama agar Tuhan dan semesta ini bekerja dengan caranya mendatangkan hal baik kepada kita dari sesuatu yang tidak kita sangka-sangka.
Dahulu saya juga pernah memikirkan hal yang sama terutama dalam memberi. Saya berpikir kalau saya memberikan bantuan baik berupa materi maupun hal lain yang saya miliki, apakah yang saya miliki hilang atau berkurang? Namun akhirnya saya sadar bahwa bila kita menerima sesuatu, kita juga perlu memberi supaya terjadi hukum perputaran. Kalau kita tidak memberi bagaimana kita mau menerima. Semakin sulit kita memberi semakin sulit juga kita menerima berkat apapun yang akan Tuhan berikan kepada kita. Sebab hukum perputaran itu berlaku kepada setiap orang. Teruslah menabur hukum kasih dan selalu ucapkan terima kasih.
(Rivaldi Tanuwijaya)