“Sebab, Aku mengetahui rancangan-rancangan yang Kupikirkan mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan malapetaka, untuk memberikan kepadamu masa depan yang penuh harapan.”  (Yeremia 29: 11)

Semenjak libur hingga kegiatan belajar dirumah, saya menyadari bahwa memang ada yang berubah dari diri saya. Tentu saja, saya masih belum terbiasa akan kehidupan keluarga yang sekarang hanya beranggotakan 4 orang. Sebelum bulan April menyapa, papa harus pergi meninggalkan kami, usai berjuang melawan penyakitnya.

Sejujurnya, berat bila saya mengatakan bahwa apakah saya bahagia selama masa-masa di rumah saja, tapi saya harus tetap bahagia. Bahagia saja sulit, apalagi bersyukur dalam kondisi-kondisi seperti ini.

Namun, saya tetap bersyukur. Saya tahu, Tuhan punya rencana tersendiri atas hidup saya, dan saya akan menanti bahagia saya kelak. Meski saya menyadari sudah beberapa bulan berlalu dan air mata saya masih menetes, saya tetap bersyukur karena papa tak perlu merasakan sakit lebih lama.

Saya bersyukur sekali, karena papa tak perlu mengkonsumsi banyak obat lagi, rambutnya tidak perlu rontok banyak bila kemoterapi, dan papa kini cukup istirahat dengan baik tanpa perlu berteriak kesakitan. Saya bersyukur, meski tangan papa sudah tidak bisa saya genggam erat, Tuhan sudah menggenggam papa.

Saya percaya, papa akan jauh lebih baik-baik saja bersama Tuhan. Maka dari itu, saya tetap bersyukur di tengah masa duka yang belum berakhir ini. Mungkin, masih berat ‘tuk membiasakan semuanya, tapi saya tahu bahwa hidup tetap harus berjalan ke depan. Walau banyak penyesalan karena belum bisa melakukan keinginan-keinginan terakhir papa, saya harap Tuhan mengganti rasa menyesal ini dengan semangat saya untuk melakukannya sendiri.

Saya tetap bersyukur, walau saya tahu bahwa rasa sakit ini masih terasa. Lagipula, papa tak benar-benar meninggalkan saya sendiri, saya tahu papa melihat kehidupan saya dari atas. Papa selalu berada dalam hati saya.

(Andhara M.C. Adoe)