Warta Minggu Ini
RELASI YANG HIDUP DIMULAI DARI TINDAKAN BERBAGI

“Jawabnya kepada mereka, “Siapa yang mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan siapa saja yang mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian”.

Lukas 3: 11


Emmanuel Levinas berkata hubungan dengan yang lain (the Other) adalah inti dari moralitas. Ketika kita berbagi, kita tidak sekadar memberi sesuatu secara materiil, tetapi juga mengakui keberadaan, kebutuhan, dan martabat orang lain. Inilah yang disebut sebagai bentuk tanggung jawab etis. Dimulai dari kesadaran akan yang lain, kemudian diwujudkan dalam tindakan nyata. Nilai ini tercermin dalam kisah seorang anak bernama Ryan (nama samaran) yang hidup sederhana bersama ibunya disebuah desa kecil. Ibunya yang berjualan kue dan roti di pasar selalu menanamkan pesan penting kepadanya: “Berbagilah, sekecil apa pun yang kamu punya, karena kebaikan akan kembali dengan cara yang tak terduga.” Setiap pagi, Ryan membawa dua roti: satu untuk dirinya, dan satu lagi untuk siapapun yang membutuhkan. Dari tindakan kecil itu tumbuhlah jalinan relasi yang hangat dengan kakek tua yang ditemui di pinggir jalan, teman yang sedang kelaparan, hingga pemulung di tepi jalan. Kisah Ryan menunjukkan bahwa berbagi bukan sekadar tentang memberi barang atau sesuatu yang kita punya, melainkan tentang membangun hubungan dan menyentuh hati orang lain.

Nilai ini selaras dengan pesan dalam Lukas3:11, ketika orang banyak bertanya kepada Yohanes Pembaptis, “Apakah yang harus kami perbuat?” Jawaban Yohanes menekankan bahwa pertobatan sejati bukan hanya soal ucapan atau perasaan, tetapi tercermin dalam perubahan hidup, khususnya dalam relasi sosial. “Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia memberikannya kepada yang tidak mempunyainya; dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat demikian.” Ini bukan sekadar seruan moral, melainkan panggilan untuk melihat kebutuhan sesama sebagai bagian dari tanggung jawab pribadi. Di dunia yang penuh ketimpangan, kepedulian dan kesediaan berbagi menjadi tanda pertobatan yang otentik serta bentuk nyata dari iman yang hidup.

Karena itu, mari kita ingat bahwa berbagi bukan hanya soal memberi barang atau uang. Berbagi adalah cara kita menjalin hubungan, menumbuhkan rasa peduli, menunjukkan kasih sayang, dan menyatukan hati. Kadang, hubungan yang paling bermakna lahir dari hal-hal kecil yang kita lakukan dengan tulus. Berbagi bisa dilakukan lewat senyuman, mendengarkan orang lain, atau memberi sedikit waktu untuk membantu. Saat kita berbagi, bukan hanya orang lain yang merasa senang hati kita pun jadi lebih damai dan bahagia. Setiap orang bisa berbagi. Tidak perlu menunggu jadi kaya atau punya banyak. Yang penting, ada niat dan ketulusan dalam hati.

 

(Natalia von Bulow)
Mahasiswi PKM 1 – STFT Jakarta

MENGAMPUNI DI HARI YANG FITRI
“Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi...