Warta Minggu Ini
R.I.P. EMPATI

“Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.”  (1 Korintus 12: 27)


Salah satu gejala yang dialami penderita penyakit kusta ialah mati rasa atau matinya reaksi syaraf tubuh. Penderita kusta bisa mendekat pada api atau sumber panas, tanpa merasa sakit. Ia tidak menyadari bahaya, bahwa kulit atau jaringan tubuhnya akan terbakar. Ia tidak lagi bisa merasakan sakit, sehingga baginya, kemampuan merasakan sakit justru merupakan anugerah.

Dunia ini sebetulnya sedang mengalami keadaan kusta, namun kusta yang dialami bukanlah kusta tubuh, melainkan “kusta rohani”. Setiap hari kita mendengar berita betapa semakin bertambahnya kejahatan dan kebejatan manusia. Kasih menjadi dingin, dan orang semakin tidak peduli pada penderitaan sesamanya. Karena itu munculah istilah “R.I.P. Empati” di kalangan masyarakat, menandai “mati rasa”, hilangnya rasa belas kasihan dan kepedulian kepada keadaan dan penderitaan sesamanya.

Namun ayat bacaan kita hari ini mengingatkan kita akan satu hal sebagai pengikut Kristus, yaitu bahwa kita adalah satu tubuh Kristus, dan masing-masing adalah anggotanya. Jikalau satu anggota tubuh mengalami sakit, rusak atau malfungsi, anggota tubuh lain ikut menanggung rasa dan bebannya. Di tengah dunia yang sedang mengalami “kusta rohani” atau mati rasa, tubuh Kristus dipanggil untuk tetap sensitif, peduli dan melayani sesama. Bagaimana kita dapat menjalani hidup sebagai tubuh Kristus di tengah dunia yang mengalami “kusta rohani”?

Pertama, kita memandang sesama dengan mata Kristus. Sebagai tubuh Kristus, penglihatan kita bukan penglihatan seperti manusia duniawi, melainkan penglihatan yang melihat kedalaman hati, sehingga melahirkan pengampunan, kepedulian dan belas kasihan. Seperti cara Yesus memandang Zakheus dengan penuh kasih, berbeda dengan cara orang Farisi memandangnya dengan penuh penghakiman.

Kedua, kita bertindak sebagai kaki dan tangan Kristus. Dunia dengan kemajuan teknologinya membuat orang semakin individualis, tidak mau aktif dan berjerih lelah. Namun sebagai tubuh Kristus, kita dipanggil untuk mau bergerak dan bertindak aktif mempraktikkan kasih Tuhan kepada dunia.

Dalam banyak hal, mungkin kita tidak dapat memberikan solusi langsung. Namun kehadiran kita, kepekaan kita pada sesama, kepedulian kita pada penderitaan dan keadaan dunia, bisa membuat orang ingat akan janji dan pengharapan yang ada pada-Nya. Dan di tengah kegelapan dunia, kehadiran kita membuat orang lain semakin merasakan kedekatan dan kehadiran Tuhan.

(Illona Farolan)

MENEMUKAN ARTI KEDAMAIAN
“Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”  (Filipi 4: 7) Aku...