“TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.”
(Mazmur 139: 1 – 2, 13)
Jika tidak ada aral melintang, maka tahun depan, putra kami akan memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Sejak setahun kemarin, kami sudah memikirkan, ke sekolah mana ia harus melanjutkan pendidikannya. Kami bukan sekadar ingin putra kami bisa melanjutkan pendidikan di sekolah unggul, namun berharap ia bisa mendapatkan lingkungan pendidikan dan pergaulan yang terbaik serta paling sesuai bagi tumbuh kembangnya. Maka bersama teman-teman, kami mengumpulkan informasi, dan melakukan survei ke beberapa sekolah. Kami berdiskusi bersama, bertukar pikiran tentang seperti apa karakter anak kami, dan mana metode pendidikan yang terbaik buat mereka.
Suatu hari, saat berdiskusi dengan teman-teman, saya menangkap kebingungan mereka. Kebingungan yang tentunya juga saya rasakan. Dari berbagai pertanyaan dan kebingungan yang muncul, akhirnya semuanya mengerucut pada satu pertanyaan: apakah kami sudah cukup mengenal anak kami? Pengenalan yang cukup untuk menjadi bekal kami agar tak salah mengambil keputusan bagi masa depannya. Mengenal seperti apa karakter dan kebutuhannya, mengenal apa potensi-potensi dalam dirinya yang harus dikembangkan.
Dalam kekhawatiran itu, saya teringat akan apa yang dikatakan Pemazmur dalam ayat di atas. Siapa lagi yang paling mengenal pribadi setiap manusia, kalau bukan Sang Penciptanya sendiri? Tuhan yang membentuk dan mengenal kita sejak dari dalam kandungan. Tuhan yang sudah mempunyai rencana detail atas hidup dan masa depan kita. Ia sangat mengenal setiap dari kita, lebih dari siapapun. Di antara begitu banyak ciptaan-Nya, tidak ada satu pun dari kita yang luput dari perhatian-Nya.
Maka di tengah kekhawatiran itu, sebersit ketenangan menyelinap di hati saya. Tuhan yang menciptakan putra kami, Tuhan sendiri juga yang paling mengenal pribadinya, seperti apa dia seutuhnya, apa yang dia butuhkan dalam hidupnya. Kepada Tuhan sajalah kami bisa bertanya dan bersandar penuh. Karena itu, kami harus terus berdoa dan berserah pada pimpinan Tuhan, Penciptanya, Pribadi yang paling mengenalnya. Karena hanya Tuhan sendirilah yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi hidup dan masa depan putra kami.
Saudaraku, dalam hidup ini, kita kerap berhadapan dengan begitu banyak perkara. Ada berbagai pergumulan yang harus dihadapi. Ada banyak pilihan atau keputusan yang harus diambil. Dalam kebimbangan itu, kiranya kita ingat bahwa kita memiliki Tuhan yang Maha Tahu. Sang Gembala Agung, yang sangat mengenal domba-domba-Nya, akan senantiasa menuntun kita melewati kehidupan. Ia mengetahui, apa yang terbaik bagi setiap kita, jalan mana yang harus kita tempuh dalam melewati kehidupan.
Selamat memercayakan diri kepada Sang Empunya Kehidupan!
(Illona Farolan)