Warta Minggu Ini
PERLAWATAN (Sepenggal Kisah Paskah)

“Sebab, ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu menjenguk Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku”.

Matius 25: 35 – 36


Tanggal 10 April 2025 yang lalu, kami persekutuan pensiunan Kristiani dari sebuah institusi BUMN mengadakan kunjungan ke rumah tahanan (Rutan) Salemba yang terletak di Jl. Percetakan Negara No. 88 Jakarta Pusat. Kegiatan tersebut kami laksanakan dalam rangka Paskah 2025. Kami juga mengunjungi Panti Wredha dan beberapa kegiatan lain. Pada tahap awal kami memang harus mengajukan permohonan tertulis sesuai dengan peraturan yang ada di Rutan Salemba. Setelah memenuhi kelengkapan administrasi, kami diizinkan berkunjung pada tanggal 10 April 2025. Kami hendak melakukan ibadah dan silaturahmi dengan para sahabat tahanan Kristiani yang ada di Rutan. Mereka memang rindu untuk dikunjungi, ditemani, dan dilawat.

Dalam definisi terbatas, perlawatan adalah suatu kegiatan lembaga gereja untuk mengunjungi umatnya sebagai bentuk ungkapan kasih, perhatian, simpati dan empati bagi umat yang dilawat. Dengan lawatan tersebut umat akan mendapat kekuatan, penghiburan dan merasa terbantu menghadapi pergumulan yang tengah dihadapinya. Saling mendoakan dan menguatkan adalah unsur yang sangat penting dalam kegiatan perlawatan. Namun kalau kita memaknai perlawatan dalam arti yang lebih luas, sebenarnya perlawatan bukan hanya tugas lembaga gereja. Dalam Matius 25: 35 dan 36 di atas, kata Aku adalah Tuhan Yesus dan kata

kamu ternyata tidak hanya menggambarkan lembaga gereja, kata kamu adalah menggambarkan sebuah entitas, bisa perorangan, sekelompok orang dan bisa juga suatu lembaga. Dan siapa saja yang perlu dilawat, ternyata sangat beragam, bukan hanya mereka yang sakit, tetapi mereka yang lapar, haus, telanjang (menurut saya ini tidak hanya pengertian harfiah), mereka yang merasa asing di komunitasnya dan mereka yang saat ini menjalani kehidupannya di penjara.

Perlawatan kami ke Rutan Salemba mendapat respons yang luar biasa dari para tahanan. Kami bisa bertegur sapa dan saling mengenal, kami bersilaturahmi. Dan keberadaan kami lebih menyatu pada saat ibadah bersama. Ada pujian, penyembahan, Firman Tuhan, doa syafaat, yang bahkan diisi dengan permohonan doa personal para tahanan. Suasana dalam ibadah tersebut penuh haru biru dan sukacita. Salah satu lagu yang kami nyanyikan berjudul “Tuhan Selalu Menolongku”. Penggalan syairnya berbunyi: “Tuhan selalu menolongku. Selalu menjagaku. Sehelai di rambutku tak akan terjatuh. Tanpa seijin-Mu….” Banyak mata yang berkaca-kaca, bahkan menangis. Tuhan memang selalu hadir, di manapun, bahkan di penjara.

(Pnt. Eko Wahyu Andriastono)

MERDEKA UNTUK MEMILIH
“Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa,...