Sebelum ada aplikasi Whatsapp, maka orang berkirim pesan lewat SMS (Short Message Service). Namun dalam perkembangannya, SMS suka diplesetkan menjadi: Susah Melihat orang lain Senang atau Senang Melihat orang lain Susah. Misalnya: Roni begitu gelisah ketika mengetahui Rudi telah memakai gawai iphone X. Roni sendiri masih memakai iphone 8. Dulu, Roni bisa berjalan dengan penuh rasa bangga sambil menggenggam gawainya tersebut. Tapi sekarang, ia gelisah karena sudah ada temannya yang memiliki gawai iphone seri terbaru. Inilah contoh susah melihat orang lain senang atau yang kita kenal dengan istilah iri hati. Pertanyaannya, apa yang biasanya memicu Anda menjadi iri hati? Apakah kesuksesan, kepemilikan barang dari orang lain, atau sesuatu yang lainnya?
Bisa dikatakan, iri hati sudah ada sejak manusia jatuh dalam dosa. Kain iri hati kepada Habel, saudara kandungnya, karena persembahannya tidak diterima oleh Allah sementara Habel diterima. Apa yang terjadi? Ada dua hal. Pertama, hati Kain menjadi sangat panas dan mukanya muram (Kejadian 4 : 5b). Dengan kata lain, dampak buruk iri hati muncul dalam diri pelakunya, misalnya: tidurnya gelisah karena rasa iri terhadap sesamanya; susah menikmati makan padahal menu yang tersaji sangat nikmat; atau pikirannya merancang hal-hal yang buruk terhadap sesamanya. Itulah sebabnya, sang bijak mengingatkan “hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang” (Amsal 14 : 30).
Kedua, Kain mengajak adiknya ke padang, lalu membunuh dia di sana (Kejadian 4 : 8). Jadi, iri hati pun bisa mendatangkan keburukan bagi sesama. Kain sebagai kakak, harusnya menjaga dan melindungi Habel. Akan tetapi, rasa iri hati membuatnya gelap hati, sehingga ia tega membunuh adiknya sendiri. Itulah sebabnya, dalam surat Yakobus 3 : 16 dikatakan: “Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat”.
Iri hati membawa keburukan dalam hidup kita. Karena itu, kita tidak boleh membiarkan rasa iri hati muncul, sekecil apapun, dalam diri kita. Bagaimana caranya? Iri hati kerap muncul dari pandangan dan pikiran, saat kita membandingkan apa yang kita miliki dan alami dengan milik dan pengalaman orang lain. Karena itu, kita perlu memurnikan pikiran (baca: hati) agar tidak mudah tergoda oleh iri hati. Kalau pikiran kita kerap diwarnai oleh iri hati dan sungut-sungut, maka sukar bagi kita untuk bersyukur. Karena itu, pikiran harus dimurnikan, sehingga dipenuhi hal-hal yang baik. Rasul Paulus dalam Filipi 4 : 8 membahasakannya dengan: semua yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, kebajikan, sesuatu yang patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu). Selain itu, bersyukur untuk segala sesuatu (termasuk hal-hal yang buruk) akan melatih diri kita untuk memurnikan pikiran dari benih-benih iri hati. Nah, pertanyaannya apakah Anda sudah bersyukur atas semua yang anda capai dan miliki dalam hidup Anda? Selamat bertumbuh menjadi pribadi yang matang secara spiritual, lewat pemurnian pikiran.
Pokok doa: