
“Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk”.
(Markus 16 : 15)
Kebaktian Kenaikan Yesus ke Surga tahun ini memberi makna yang berbeda dalam hidup saya. Saya berkesempatan untuk beribadah bersama dengan kakak saya di kota kelahiran saya, Semarang. Kota yang banyak memberi saya kenangan masa kecil hingga saya beranjak dewasa bersama dengan almarhumah mami yang sangat mencintai saya. Pada kesempatan ini, setelah hampir tiga tahun lalu sejak mami berpulang menghadap Sang Khalik, untuk pertama kalinya saya menginap dan membaringkan diri di kamar almarhumah mami saya, kamar di mana saya menghabiskan masa kecil saya bersama beliau. Ada sesuatu yang hilang ketika saya membaringkan diri di kamar itu. Tiba-tiba saya terhenyak saat saya membayangkan para murid Yesus harus ditinggalkan oleh Yesus kembali paska kebangkitan-Nya.
Dalam kebaktian tersebut, sang pengkhotbah merefleksikan bahwa peristiwa Kenaikan Yesus ke Surga saat Yesus meninggalkan murid-murid-Nya, bukan karena Yesus tidak mengasihi mereka, namun Yesus ingin agar murid-murid-Nya dapat meneruskan tugas mulia dari Tuhan untuk menjadi saksi kebangkitan-Nya dan dapat membagikan kabar baik itu. Demikian juga Tuhan memanggil kita untuk menjadi pembawa kabar baik itu, bukan karena kita sempurna di hadapan Tuhan, tapi Tuhan sendiri yang akan memperlengkapi ketidaksempurnaan kita. Refleksi ini sangat menguatkan saya ketika saat saya belajar membagikan pengalaman rohani saya melalui tulisan atau pelayanan, tidak semua yang saya bagikan mendapat respons positif. Namun saya bersyukur semua respons tersebut semakin menunjukkan bahwa Tuhan terus berkarya melalui hidup saya dan membuat hidup saya makin “berwarna”.
Tuhan mewarnai hidup saya dengan berbagai kisah hidup, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Tuhan ingin agar kita dapat menjadi pembawa kabar baik itu melalui pengalaman hidup rohani kita dan membagikannya kepada orang di sekeliling kita. Sekalipun adakalanya cemoohan dan hujatan yang kita terima, bahkan tak jarang mereka menganggap bahwa pengalaman rohani kita itu hanya “isapan jempol” belaka. Tuhan memakai kita bukan karena kita sempurna, seperti penggalan lirik lagu di bawah ini yang sungguh menguatkan bahwa kita dipilih oleh Tuhan untuk menjadi saksi-Nya, itu semua karena anugerah-Nya :
Bukan kar’na kecakapanmu
Bukan kar’na baik rupamu
Bukan kar’na kelebihanmu
kau dipanggil kau dipakai-Nya
Bila engkau dapat itu karena-Nya
Bila engkau punya semua dari pada-Nya
Semua kar’na anugerah-Nya
Dib’rikan-Nya pada kita
Semua anugrah-Nya bagi kita
Bila engkau dipakai-Nya
Selamat menjadi pembawa kabar baik, seperti tertulis: Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk”. (Markus 16 : 15). Kiranya Tuhan sendiri yang memperlengkapi segala ketidaksempurnaan kita dan hanya Nama Tuhan saja yang dipermuliakan melalui “kisah” hidup kita. Soli Deo Gloria.
(Kumalawati Abadi)