“Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”
(Efesus 4: 28 – 29)
Charles Colson, mantan penasihat Presiden Nixon, dikenal sebagai penasihat yang tajam dan punya metode jahat untuk memastikan kelangsungan kepresidenan Nixon berjalan baik. Ia dipenjara tujuh bulan karena kasus yang terkait Watergate. Dalam penjara, ia membaca Mere Christianity, bukunya C.S. Lewis yang mendorongnya bertobat. Setelah ia dibebaskan, Colson membentuk Prison Fellowship, pelayanan yang ditujukan kepada mereka yang di penjara dan bagi keluarga mereka. Colson menginisiasi program untuk para napi dan keluarganya, bagaimana mereka dibekali, didampingi untuk rehabilitasi dan keluarga mendapatkan dukungan. Badan yang ia dirikan juga berperan dalam upaya reformasi hukum, baik di Amerika maupun di 120 negara lainnya, untuk memanusiakan mereka yang terpenjara.
Perubahan Charles Colson merupakan tanda pertobatan. Namun tidak semua perubahan disebut sebagai pertobatan. Pertama, pertobatan tidak sama dengan menjalani hukuman. Menjalani hukuman tidak memberi garansi terjadi perubahan. Lihat saja para gembong narkotika yang kembali menjadi gembong, malah menjadi lebih besar skala usahanya setelah keluar dari penjara. Kedua, pertobatan tidak sama dengan penyesalan. Menyesal melakukan pelanggaran, sifatnya dangkal dan tidak mengubah. Lihat Yudas yang menyesal menjual Yesus, tetapi tidak membuatnya bertobat malahan memilih membunuh dirinya. Ketiga, pertobatan juga bukan penghukuman diri sendiri. Seseorang bisa membenci dirinya sendiri karena dosanya, namun menghukum diri hanya menambah duka dan rasa bersalah. Penghukuman diri juga mengarah kepada perusakan diri, yang adalah kekeliruan besar menodai citra Allah yang dibentuk dalam diri manusia.
Pertobatan adalah suatu bentuk kekuatan dan tindakan. Pertobatan memutus rantai belenggu dosa. Pertobatan mendorong orang untuk melakukan hal besar untuk membuktikan pertobatannya. Paulus menulis mereka yang pernah mencuri tidak boleh mencuri lagi, harus bekerja dan membagikan hasil kerjanya kepada yang kekurangan – artinya adalah tugasnya untuk memastikan orang berkekurangan tidak memilih menjadi pencuri karena kekurangannya, seperti yang pernah dialami si petobat. Atau mereka yang pernah menghina, memaki, menggosipi orang lain, biasanya kelompok ini merasa diri superior dari orang lain namun punya rasa ketidakamanan diri yang juga besar. Mereka ini dalam pertobatannya dengan sesadar mungkin harus memilih menggunakan kata-kata yang dapat memotivasi orang lain, mendorong orang lain menjadi lebih baik sehingga tidak memilih menjadi penghina / pemaki / penggosip berikutnya. Pertobatannya meyakini dirinya sebagai ciptaan yang dikasihi Tuhan dan diterima Tuhan, sehingga caranya memandang orang lain menjadi sama sebagaimana ia diterima oleh Tuhan.
Pertobatan tidak pernah berhenti di diri sendiri. Pertobatan baru berarti ketika dunia sekitarnya mengalami dampak pertobatan itu. Mari memberi dampak.
(Novi Lasi)