“Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.”
(1 Yohanes 4: 8)
Paska tahun ini begitu istimewa bagi kita sebagai warga Kristen Indonesia. Kita merayakan dua peristiwa besar: Paska dan Kartini. Paska selalu bercerita tentang kasih Allah yang menyelamatkan di dalam Kristus melalui kebangkitan-Nya dari kematian. Sedangkan Kartini mengingatkan kita dengan perjuangannya untuk kesetaraan gender dalam hal pendidikan. Saat kedua peristiwa besar ini terjadi pada waktu yang bersamaan, saya tergugah untuk merenungkan kedua tokoh perempuan dalam peristiwa ini, yaitu: Maria dan Kartini.
Maria Magdalena dalam kisah kebangkitan yang dicatat oleh Injil Yohanes merupakan perempuan pertama penyaksi berita kebangkitan Kristus. Saat Kristus menjumpainya dan menyuruhnya untuk memberitakan kebangkitan-Nya, dia melakukannya. Seruannya, “Aku telah melihat Tuhan,” menjadi petanda kabar baik dan sukacitanya berjumpa dengan Tuhan yang hidup. Dia mengabarkan berita itu sebagai rasa syukur karena Allah yang mencintainya telah melahirkan cinta dalam dirinya. Dia keluar dari zona nyamannya ketika dia berlari dan ingin para murid laki-laki mendengar berita yang dibawanya. Dia tak peduli suaranya didengar atau tidak, yang penting dia harus memberitakan kabar gembira ini.
Kartini pun berkisah tentang Tuhan. Dorongan cinta Tuhan melahirkan semangat mencintai sesama bahkan menjadi dasar perjuangannya bagi kaum perempuan untuk mendapat hak yang sama dengan laki-laki. Dia memberitakan kabar kasih itu dalam suratnya kepada Ny. R.M. Abendanon: “Sepanjang hemat kami agama yang paling indah dan paling suci ialah kasih sayang… Kami mempunyai tujuan yang luhur, dan kami menaruh rasa kasih sayang… Alangkah bahagianya seandainya kami dapat menghidupkan cetusan api Tuhan menjadi nyala yang elok!… Hidup kami sungguh kaya. Betul banyak pahit getirnya, tetapi di samping itu juga banyak manisnya yang ajaib… Paling bahagia dan rasanya sangat diberkahi kalau kami dapat menolong sesama kami… kami bersyukur sekali, jika kami dapat mengeringkan setetes air mata. Barangsiapa pernah mengenal rasa itu, tidak akan dapat dan mau melupakannya.”
Bagi saya, Maria dan Kartini sedang mendendangkan lagu yang sama, yaitu cinta kasih. Semuanya terjadi karena Allah telah menyanyikan cinta kasih itu lebih dulu kepada mereka berdua, termasuk kita sebagai ciptaan-Nya. Surat 1 Yohanes 4 membunyikan dengan tegas bahwa Allah adalah kasih, karena itu orang yang mengasihi Allah mendorongnya untuk menyatakan kasih itu kepada ciptaan lainnya. Inilah berita Paska, inilah berita kebangkitan. Kristus dalam pelayanan-Nya bahkan kematian dan kebangkitan-Nya mewujudkan kasih Allah, maka kita pun diundang untuk menyatakan kasih-Nya itu dalam seluruh hidup kita.
Berita Paska yang berisi cinta kasih menjadi penting dalam hidup kita yang telah bising dengan segala bentuk kejahatan dan kekerasan atas nama apapun juga. Belajar dari Maria dan Kartini, biarlah cinta kasih selalu menggema dalam hidup kita. Dari kejauhan, pada Minggu kedua Paska ini, saya ingin mengucapkan: Selamat Paska dan Selamat Hari Kartini. Selamat berbagi cinta kasih.
(Pdt. Linna Gunawan)