Warta Minggu Ini
OPTIMIS

“Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.”

(1 Raja-raja 19 : 18)

Elia berjumpa dengan Tuhan. Dalam kebingungan dan rasa takut karena dikejar oleh pasukan raja Ahab dan Izebel, Elia menjawab pertanyaan Tuhan tentang apa yang sedang dikerjakannya saat itu: “Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang, hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.” Elia terdengar pesimis dengan masa depannya dan masa depan bangsa Israel. Dia merasa tidak sanggup lagi memberitakan suara Tuhan di tengah bangsa yang sedang menuju kehancurannya.

Namun Tuhan tidak pernah meninggalkan dirinya, Dia telah mempersiapkan apa yang dibutuhkan Elia. Masih ada tujuh ribu orang yang tetap setia kepada Tuhan dan Elia tidak sendirian untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan. Tugas Elia masih panjang. Dia harus mengurapi Yehu sebagai raja Israel dan Elisa yang akan menggantikan dirinya sebagai nabi bagi bangsa Israel. Janji dan penyertaan Tuhan membuat Elia optimis dan sanggup menyelesaikan tugasnya.

Saya ingat kisah seorang pelayan Tuhan, yang aktif di bidang anak-anak muda, pernah merasa pesimis ketika dia melihat kenyataan di sekelilingnya. Anak-anak muda yang tidak tahu mana yang baik dan buruk karena hilangnya teladan dari orang-orang tua yang seharusnya membimbing mereka ke jalan yang benar. Namun dia akhirnya sadar dan berkata: “Jika saya pesimis, bagaimana dengan masa depan anak saya kelak?” Berawal dari kepedulian seorang ayah kepada anaknya, maka dia memulai pelayanan kepada anak-anak muda di sekelilingnya dan ternyata masih banyak orang yang peduli dengan masa depan generasi bangsa ini. Mereka bersama-sama membimbing anak-anak muda agar mengenal Tuhan dan hidup dalam teladan-Nya.

Pesimis maupun optimis bisa saja muncul dalam hidup kita. Memasuki tahun yang baru, inilah saat yang tepat bagi kita untuk memutuskan sikap pesimis atau optimis dalam menjalani hidup di depan kita. Sikap optimis selalu percaya pada penyertaan Tuhan melalui Firman-Nya, cara-Nya yang menghadirkan penolong-penolong dalam hidup kita, maupun komunitas yang membuat kita bertumbuh dan saling menopang sehingga kita optimis untuk mengerjakan panggilan kita sebagai saksi Kristus di tempat kita berada. Sebaliknya kita bisa saja gamang saat kita sedikit demi sedikit mengikis rasa percaya kita kepada Tuhan, diri sendiri dan sesama.

Kita tak pernah tahu masa depan kita. Namun kita bisa memilih bersikap optimis dalam menjalaninya. Selamat Tahun Baru 2020. Tuhan Yesus menyertai kita semua.

 

(Debby Puspita)

BERDEBAT DENGAN TUHAN
Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku...