Warta Minggu Ini
OMG

Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.”
(1 Samuel 16 : 7)

OMG = Oh, My God adalah kalimat yang biasanya diucapkan orang kalau takjub, kaget, tidak percaya. Artinya orang mengalami sesuatu di luar harapannya, baik itu hal positif atau hal negatif. Sekarang, OMG menjadi sebuah ungkapan yang sangat biasa dan tidak lagi merujuk pada asal artinya. Khusus untuk tulisan ini saya ingin kembali ke arti asal, terutama ketakjuban atas hal positif. Kita mudah merasa takjub ketika melihat sesuatu yang baik, indah, menarik. Contoh sederhana, saya takjub melihat para model yang cantik dan sangat fit. Tetapi orang jarang mengatakan OMG karena takjub jika melihat kaum disabilitas. Mereka dianggap beban dan bahkan dihindari dengan berbagai alasan yang dibuat kaum abilitas/normal. Tahun 2016 CNN memilih Jeison Aristizábal, seorang penderita cerebral palsy dari Colombia sebagai Hero of the Year atas kiprah pelayanannya diantara orang dengan disabilitas di Colombia. Saat mendengarkan pidato penerimaannya, saya terinspirasi.

Manusia mengakui bahwa Tuhan itu sempurna dan karenanya mengharapkan yang sempurna dari ciptaan-Nya dan karya-Nya bagi manusia. Tidak mudah bagi otak untuk menerima perbedaan dari nilai kesempurnaan yang manusia miliki. Mereka yang katanya tidak sempurna dianggap sebagai dihukum Tuhan. Karenanya selama manusia hidup di dunia ini, mereka yang berbeda, apapun sebabnya menjadi kaum marjinal: terlupakan dan terpinggirkan. Tetapi ketika melihat Jeison berbicara, saya melihat sidik jari Tuhan dalam dirinya. Perjuangan Jeison yang luarbiasa mengatasi kondisi fisiknya, penolakan sosial dan ketidakpedulian negara atas orang dengan disabilitas di Colombia, justru memperlihatkan karya Tuhan yang dahsyat. Jeison mempercayai kemampuan dirinya, ia tidak memandang dirinya kurang dari orang lain dan karena itu saya mengatakan bahwa Jeison memercayai Tuhan yang telah menghadirkannya di dunia.

Tuhan kita tidak pernah memandang fisik, seperti yang dinyatakan saat pemilihan raja Israel kedua. Nabi Yesaya sendiri mengatakan bahwa Yesus tidak tampan (Yesaya 53 : 2). Tuhan melihat apa yang ada di dalam hati. Hukum kasih pun berpangkal dari dalam diri. Keindahan yang Tuhan cari ada di dalam diri, bukan di luar diri. Sepanjang isi Alkitab, kita diajar untuk berjuang membuat apa yang ada di dalam diri menjadi sempurna. Tetapi perjuangan kita sangat banyak diarahkan pada kesempurnaan di luar diri. Akibatnya kita juga jarang sekali dapat melihat keindahan dalam diri mereka yang secara tampilan luar tidak sempurna. Kita lalai memandang orang dengan disabilitas sebagai orang spesial sebab sesungguhnya hanya mereka yang spesial saja yang mampu berjuang hidup bersama kaum abilitas dengan kekurangan yang mereka miliki.

Jeison menunjukkan bahwa kita perlu melihat mereka yang kita nilai tidak sempurna, memiliki sidik jari Tuhan di dalam diri mereka. Bahwa mereka memiliki keindahan yang perlu diapresiasi dalam kacamata yang baru, kacamata dari Tuhan sendiri, yakni Tuhan mengasihi mereka dan memberikan kesempatan yang sama untuk mewarnai dunia ini.

Jika suatu kali kita punya kesempatan bertemu dengan pribadi spesial, jangan lihat apa yang tidak sama dengan diri kita. Lihatlah ada sidik jari Tuhan dalam diri mereka dan itulah keindahan yang mengundang takjub dalam hati kita untuk berucap: Oh, My God!

(Novi Lasi)

#PRAYFORPARIS
“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau;...