Warta Minggu Ini
ODONG-ODONG KEMERDEKAAN

“Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara,….”

(Yesaya 61 : 1)

Kalau hati ikut peduli ada saja ide yang menyentuh hati dan penuh arti dalam pelayanan. Mendengar keluhan bahwa akan banyak masyarakat yang kurang mampu terkendala datang ke lokasi perayaan 70 tahun kemerdekaan karena biaya transportasi, seorang teman berinisiatif menyewa odong-odong gandeng. Kereta gandeng berhias, yang biasanya menjadi sarana rekreasi anak-anak kampung itu, bolak balik mengangkut anak-anak dan keluarganya dari dekat rumah mereka menuju ke lokasi “Bazaar Merdeka” dan aneka lomba yang diprakarsai oleh gereja kita. Wajah-wajah sumringah, celoteh dan percakapan sepanjang perjalanan sampai di lapangan bazaar menyiratkan harapan akan memperoleh kegembiraan dan kemerdekaan di negeri yang merdeka ini, setidaknya sehari saja, di perayaan kemerdekaan.

Saya jadi merenung, apakah di negeri yang merdeka ini mereka sudah merasa merdeka? Hidup di rumah yang berhimpitan, tempat tinggal sepetak berisikan 6-8 orang, seringkali mandi dan cuci harus antri, pendidikan tidak bisa memilih yang berkualitas, tidur dan belajar hanya dengan sekadar alas. Bagaimana mereka bisa merasa merdeka? Menarik penjelasan tentang keadilan dan kemerdekaan yang terdapat di halaman 1447 Alkitab Edisi Studi (terbitan LAI tahun 2011); sebagai berikut penggalannya: “jika kebutuhan mendesak seseorang dipenuhi dengan memperlakukannya secara adil, orang itu dimerdekakan dari penderitaannya.” Dari definisi ini saya merumuskan kembali makna keadilan. Kebutuhan manusia bukan hanya fisik atau materi (flesh), tetapi juga kebutuhan jiwa (mind), dan roh (spirit). Karenanya, kitab Yesaya 61 : 1 – 2 menguraikan Kabar Baik bukan hanya pembebasan bagi yang fisiknya menderita, tetapi juga yang jiwa dan spiritnya menderita.

Bukankah odong-odong gandeng itu memerdekakan saudara-saudara kita yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan fisik mereka (makan, minum dan memperoleh kebutuhan sehari-hari dengan harga murah bahkan gratis); juga menjawab kebutuhan jiwa mereka untuk dapat merayakan kemerdekaan, dengan bergembira, bermain, berlomba bersama. Odong-odong menjawab kebutuhan rohani mereka untuk bersama bersyukur kepada Tuhan atas rahmat-Nya, sebuah negeri yang merdeka, yang tidak membeda-bedakan suku, ras, agama dan status sosial. Meski cuma sehari saja.

Agar kemerdekaan itu tidak hanya sehari saja, dibutuhkan banyak “odong-odong” lain. “Odong-odong” yang secara adil dan terus menerus bisa memenuhi kebutuhan yang mendesak bagi mereka yang sengsara, yang remuk hatinya, yang menjadi tawanan (baik fisik, jiwa maupun rohani), bagi yang berkabung, yang memberikan perhiasan kepala ganti abu, minyak pesta ganti kain kabung, dan nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar. “Odong-odong” bagi mereka yang miskin maupun yang kaya, suku apa saja, Kristen maupun bukan Kristen, sesuai kebutuhannya.

Mari menjadi “odong-odong kemerdekaan” untuk menyampaikan Kabar Baik bagi siapa saja yang membutuhkan. Karena itulah tugas Tuhan Yesus selama Ia berada di bumi, yang berarti tugas kita juga yang mengaku sebagai murid-murid Yesus. Terpujilah Tuhan oleh karena Kabar Baik yang kita sampaikan.

(Pnt. J. Adi Tanudirjo)

PERLAWATAN (Sepenggal Kisah Paskah)
“Sebab, ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing,...