Warta Minggu Ini
NILAI-NILAI PELAYANAN INTERGENERASIONAL (3) : KETERLIBATAN

“Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dan kain lenan”

(1 Samuel 2 : 18)

Jika kita memerhatikan dalam kebaktian-kebaktian dalam Masa Raya Natal maupun Masa Raya Paska dalam beberapa tahun terakhir ini, kita mulai melibatkan anak-anak maupun remaja, pemuda dalam unsur-unsur liturgi. Misalnya saja, penyalaan atau pemadaman lilin dilaksanakan oleh perwakilan orangtua dan anak. Selain itu, di dalam unsur Majelis Jemaat, para penatua dan pendeta pun terdiri dari bebagai generasi, dari mulai kaum muda (berusia sekitar 20an) hingga senior (70 tahun ke atas). Keragaman usia para aktivis yang terlibat dalam pelayanan itu menunjukkan bahwa GKI Kayu Putih sedang menekankan salah satu nilai dari pelayanan intergenerasional yakni pelayanan yang melibatkan orang dari beragam usia. Gereja bukan hanya diisi oleh orang dewasa. Anak-anak, remaja, pemuda dan senior pun ada di dalam gereja sehingga dapat terlibat dalam melayani.

Di dalam teks 1 Samuel 2 : 18 dikisahkan tentang bagaimana Samuel yang sejak kecil sudah melayani Allah. Samuel diserahkan Hana dan Elkana kepada Imam Eli sejak ia selesai disapih. Dalam 1 Samuel 1 : 1 dikatakan bahwa masih kecil betul kanak-kanak itu. Dikatakan bahwa tubuh Samuel berlilitkan baju efod dan kain lenan. Bahkan, saat Samuel bertumbuh semakin besar, ia semakin disukai baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia.

Dari kisah Samuel, kita belajar bahwa Tuhan memanggil setiap orang dari beragam generasi untuk melayani Tuhan. Inilah salah satu nilai dari pelayanan intergenerasional, saat kita memberi wadah kepada orang dari beragam usia untuk melayani Tuhan. Barangkali di antara kita ada yang bertanya, “Bagaimana dengan orang lanjut usia yang sudah terbaring lemah di tempat tidur? Dapatkah mereka ikut melayani?” Bukankah mereka pun dapat melayani Tuhan dengan menjadi pendoa di tempat tidurnya bahkan menjadi inspirator bagi para pelawat yang mengunjunginya.

Jika pada renungan intergenerasional ke-2, kita ditantang untuk memberikan kepercayaan kepada orang dari generasi yang berbeda untuk melayani, maka pada renungan kali ini, kita diundang untuk memikirkan bersama bagaimana caranya agar GKI Kayu Putih dapat menyediakan wadah pelayanan bagi beragam generasi. Tentunya, kita perlu memikirkan kerinduan para pelayan dari beragam generasi dan juga kapasitas setiap orang dalam rentang usianya. Inilah yang menjadi tantangan dan juga panggilan yang perlu kita pikirkan bersama. Marilah kita bersama-sama berefleksi dan berpikir bersama untuk menyediakan wadah pelayanan intergenerasional.

(Pdt. Yesie Irawan)

POINT OF VIEW (POV)
“Namun, Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah”. Yohanes 8: 6B Suatu sore, ketika putri sulung saya masih...