Warta Minggu Ini
MERDEKA: ALLAH MENGASIHI SEMUA ORANG

“Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang.”

(Kisah Para Rasul 10: 34b)

Sebagai orang Yahudi, Petrus memiliki konsep keagamaan yang terbatas memahami Allah hanya milik bangsa mereka saja. Keterbatasan ini membuat Petrus bergumul hebat ketika Allah memintanya melayani Kornelius, prajurit Italia. Penglihatan Petrus tentang Allah yang memerintahkannya untuk memakan makanan haram bagi orang Yahudi, membuka wawasan dan kesadarannya bahwa Allah lebih besar daripada apa yang dia dan saudara sebangsanya percayai. Allah mengasihi semua orang, bahkan mereka yang dianggap kafir oleh bangsa Yahudi. Seruan Petrus bahwa dia mengerti bahwa Allah tidak membedakan orang menjadi petanda dari perubahan iman dan sikapnya yang terbuka terhadap orang lain di luar bangsa dan agamanya.

Hidup yang terbuka untuk menerima orang lain merupakan ajaran dan nilai Kristen yang paling dasar. Saat kita diajak untuk memahami Allah yang mengasihi semua manusia, kita pun tidak bisa membatasi relasi kita hanya kepada orang-orang tertentu, misalnya saudara seiman saja. Kita tidak harus alergi bergaul dengan saudara-saudara kita yang berbeda agama. Ada banyak catatan dalam Alkitab bahwa Allah sendiri yang menciptakan berbagai perbedaan di antara semua ciptaan, sebab perbedaan itu melengkapi dan memperkaya kehidupan yang dianugerahkan-Nya.

Minggu lalu, kita, sebagai bangsa Indonesia memperingati kemerdekaan yang ke- 75. Usia ini menandai bahwa bangsa kita sudah matang sebagai bangsa yang beragam. Kita bersyukur, sebagai bangsa yang besar, kita memiliki 1340 suku bangsa yang berasal dari 300 kelompok etnik, dan 652 bahasa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Keberagaman ini adalah suatu anugerah Tuhan yang luar biasa kepada bangsa Indonesia. Karena itu, panggilan untuk memelihara kekayaan ini serta melestariannya, merupakan bagian dari tanggung jawab kita sebagai Gereja Tuhan. Penghayatan kehidupan yang ber-Bhinneka Tunggal Ika: berbeda-beda, tapi satu sebagai tubuh bangsa Indonesia perlu terus kita hidupi sebagaimana Allah mengasihi semua orang.

Namun kita harus mengakui bahwa di usianya yang telah matang ini, bangsa kita terus ditantang untuk menjaga keutuhan hidup bersama. Godaan untuk saling merasa paling unggul – yang mengatasnamakan agama, suku bangsa atau kelompok tertentu – dapat menjadi pemicu kesatuan negara kita. Agama, misalnya, yang seharusnya menjadi alat memuliakan Tuhan dan mengasihi sesama malahan dipakai untuk memecah belah kesatuan dan kerukunan antarumat beragama oleh orang-orang tertentu untuk kepentingan pribadi atau golongan mereka sendiri.

Sebagai kado ulang tahun bagi bangsa kita, mari kita berikan hal-hal yang baik. Di saat kita menghadapi pandemi yang menjadi masalah bersama, mari kita rayakan keberagaman dan perbedaan kita dengan berjuang bersama. Berikan cinta kasih kita yang tulus untuk membantu pemerintah, tim medis, serta saudara sebangsa kita melalui tindakan nyata yang akan menolong kita semua keluar dari penderitaan ini. Inilah makna kemerdekaan yang sesungguhnya. Salam merdeka!

(Yani Himawan)

TAK DIBIARKAN TERGELETAK
“TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.” (Mazmur 37...