“Rambut putih adalah mahkota yang indah, yang didapat pada jalan kebenaran.”
(Amsal 16 : 31)
Salah satu film aneh yang saya tonton adalah The Age of Adaline. Film ini berkisah tentang seorang perempuan yang lahir pada tahun 1900 mengalami peristiwa aneh. Setelah kecelakaan mobil, dia tidak pernah lagi tua dan tetap berusia 29 tahun. Bahkan ketika tahun berganti ke masa modern, abad ke-21, dia tetap hidup dan muda. Saya hampir tidak mendapatkan suatu pembelajaran dari film ini karena isi dan alurnya begitu aneh. Namun di bagian akhir film, ketika sang tokoh, Adaline Bowman, kembali kecelakaan. Akibat kecelakaan kali ini, akhirnya dia dapat menjadi tua kembali. Ekspresi Adaline Bowman, ketika dia melihat ada uban di kepalanya, merupakan ekspresi terbaik dari Black Lively, pemeran utamanya. Dia terlihat lega dan bahagia. Selama ini ketika dia tidak menjadi tua, hidupnya penuh dengan kebohongan dan pelarian diri. Sekalipun dia mencintai seseorang, dia memilih untuk meninggalkan cintanya karena keadaannya yang tidak dapat tua. Ketika dia menjadi tua, dia menemukan pilihan hidupnya yaitu jujur, menjadi dirinya sendiri, dan mencintai kekasihnya.
Pada umumnya, orang takut menjadi tua. Beberapa orang pantang untuk menyebutkan umurnya ketika ada kerabatnya yang bertanya tentang usianya. Sebagian orang lainnya enggan merayakan ulang tahun karena mengingatkan dia betapa tua dirinya. Sebagian lagi berupaya tampil muda dengan perawatan-perawatan tubuh dan wajah, mengonsumsi obat-obatan anti keriput, serta melakukan operasi plastik agar tidak terlihat tua. Ada pula yang berolahraga ekstra keras dan makan makanan yang sehat agar tubuh tetap fit dan terhindar dari penyakit ketuaan.
Berbeda dengan orang kebanyakan yang takut tua, penulis Amsal menyebutkan kebanggaan seorang manusia ketika tanda-tanda ketuaan ada pada dirinya. Rambut putih adalah salah satu ciri ketuaan. Bagi penulis Amsal, rambut putih merupakan mahkota yang indah. Keindahannya bukan terletak pada warna putih dari uban manusia. Keindahannya terletak pada kayanya pengalaman yang dimiliki oleh seorang tua. Uban, bagi penulis Amsal, merupakan lambang hikmat yang diperoleh seorang tua melalui jalan-jalan yang penuh pasang surut kehidupan. Pengalaman takut-berani, suka-duka, kuat-lemah, gembira-sedih, manis-pahit, tidak pasti-pasti, merupakan berbagai pengalaman yang membuat orang tua menjadi bijaksana. Seindah uban di kepalanya, begitu pula indahnya hidup seorang lanjut usia.
Hari ini kita diingatkan untuk tidak menakuti hari tua. Ketuaan, sekuat apapun usaha kita untuk menghindarinya, tetap saja pada saatnya akan datang menghampiri kita. Lihatlah ketuaan sebagai proses hidup yang kaya dengan berbagai pengalaman, sebuah proses yang menjadikan kita seorang yang bijaksana. Ketuaan mengajarkan kita untuk menjadi orang yang bijaksana dengan segala pengalaman hidup yang mampu kita refleksikan. Ketuaan meminta kita pula untuk memilih menjadi bahagia dengan rambut putih dan kesempatan yang berkurang, atau menjadi orang yang penuh luka ketika tubuh tidak lagi kuat. Ketuaan menolong kita bersyukur untuk tahun-tahun yang telah kita lewati dengan kerja keras. Ketuaan menuntut kita untuk tampil apa adanya, menjadi otentik, tanpa takut dinilai negatif oleh orang banyak. Akhirnya ketuaan membuat kita menghayati slogan: menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan. Selamat menjalani ketuaan. Soli Deo Gloria.
(Pdt. Linna Gunawan)