“Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”
(Matius 11: 29)
Saat anak saya masih sekolah di SD, sering saya menemukan kertas ulangan yang kusut dan sobek. Khususnya di bagian nilai. Saat itu saya sedih, bukan karena nilainya buruk, tapi cara dia menyembunyikan hasil yang membuat saya cemas. Anak saya pasti takut dengan kemarahan orangtuanya. Saya ajak dia membuat perjanjian: Jika dia menunjukkan kertas ulangan dalam keadaan rapih, meski buruk nilainya tidak akan ada kemarahan. Tapi di samping itu dia juga harus mau bekerja sama dengan saya untuk mempelajari kesalahan dia dan bagaimana memperbaikinya. Setelah perjanjian itu, hasil ulangannya menjadi lebih baik.
Di masa pandemi ini, tentu pola belajar anak-anak menjadi berubah. Ada yang jadi makin sibuk dan stres dengan program belajar online. Ada juga yang bingung karena tidak tahu bagaimana mengikuti pelajaran online. Orangtua juga menjadi tertekan demi bertambahnya beban tugas yaitu pekerjaan utama dan bagaimana membantu anak- anak dalam belajar.
Yesus dalam ayat di atas, memahami bahwa manusia tidak terlepas dari masalah selama dia masih hidup di dunia. Tuhan tidak menjanjikan akan mengangkat beban atau mengambil alih, tapi justru meminta kita tetap memikul beban tanggung jawab, dengan terus belajar dari-Nya. Tuhan menjanjikan akan mengajarkan dengan lemah lembut artinya Tuhan selalu sabar, dan rendah hati, artinya Tuhan tidak merendahkan kita yang sulit memahami bagaimana menyelesaikan masalah. Dia akan memberi ketenangan, artinya menjamin kita tidak akan ditinggalkan-Nya tapi justru diberi hikmat untuk mampu mengatasi masalah, tentunya dengan benar-benar belajar dari-Nya.
Bila kita orangtua menyadari hal ini, dan selalu mengandalkan Dia dalam setiap pergumulan hidup, maka anak-anak kita akan memiliki bekal yang nyata dalam menapaki masa depannya.
Yudi Ariyanti