Warta Minggu Ini
MEMBELI WAKTU

“Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.”  (1 Yohanes 3 : 18)

Pada suatu hari, seorang ayah pulang dari bekerja pukul 21.00. Seperti hari-hari sebelumnya, hari itu sangat melelahkan baginya. Sesampainya di rumah ia mendapati anaknya yang berusia 8 tahun yang duduk di kelas 2 SD sudah menunggunya di depan pintu rumah. Sepertinya ia sudah menunggu lama. “Kok belum tidur?” sapa sang ayah pada anaknya. Biasanya si anak sudah lelap ketika ia pulang kerja, dan baru bangun ketika ia akan bersiap berangkat ke kantor di pagi hari. “Aku menunggu Papa pulang, karena aku mau tanya berapa sih gaji Papa?” “Lho tumben, kok nanya gaji Papa segala? Kamu mau minta uang lagi ya?” respons si ayah. “Ah, nggak Pa, aku hanya sekadar ingin tahu aja,” jawab si anak. “Oke, kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan dihitung 25 hari kerja, jadi gaji Papa satu bulan berapa hayo?!” Si anak kemudian berlari mengambil kertas dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan mengambil minuman.

Ketika sang ayah ke kamar untuk berganti pakaian, sang anak mengikutinya. “Jadi kalau satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong,” kata si anak. “Kamu pintar, sekarang tidur ya, sudah malam,” sahut si ayah. Tapi sang anak tidak mau beranjak. “Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 10.000,- nggak?” “Sudah malam, Nak, buat apa minta uang malam-malam begini. Sudah, besok pagi saja. Sekarang kamu tidur,” suara ayah mulai meninggi. Anak kecil itu berbalik menuju kamarnya.

Sang ayah tampak menyesali ucapannya. Tak lama kemudian ia menghampiri anaknya di kamar. Anak itu sedang terisak-isak sambil memegang uang Rp. 30.000,-. Sambil mengelus kepala sang anak, ayahnya berkata, “Maafin Papa ya. Kenapa kamu minta uang malam-malam begini, besok kan masih bisa. Jangankan Rp. 10.000,-, lebih dari itu juga boleh. Kamu mau pakai buat beli mainan khan?” Dengan terisak si anak berkata, “Papa, aku tidak minta uang. Aku pinjam…, nanti aku kembalikan kalau sudah nabung lagi dari uang jajanku.” “Iya..iya…tapi buat apa?” tanya sang ayah. “Aku menunggu Papa pulang hari ini dari jam 8 malam, aku mau ajak Papa main ular tangga. Satu jam saja Pa, aku mohon. Mama sering bilang, kalau waktu papa itu sangat berharga. Jadi aku mau beli waktu Papa. Aku buka tabunganku, cuma ada uang Rp. 30.000,-. Tapi Papa bilang untuk satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,-, karena uang tabunganku hanya Rp. 30.000,- dan itu tidak cukup, aku mau pinjam Rp. 10.000,- dari Papa….” Sang ayah cuma terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Ia pun memeluk anak kecil itu sambil menangis.

Bagi saya, kisah yang saya peroleh dari facebook teman saya, sungguh mengharukan. Kisah ini menjadi bahan pelajaran bari para orangtua, khususnya para ayah, terhadap pentingnya kasih sayang dan waktu untuk anak dan keluarganya. Kita mengetahui betapa pentingnya kasih Yesus, tetapi sulit menerapkannya dalam keseharian hidup kita. Mulailah dari yang sederhana. Berikan kasih kita yang terbaik dalam perbuatan bukan hanya perkataan.
(Basuki Arlijanto)

TODAY IS THE DAY
Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari...