Warta Minggu Ini
LET GO (WITHOUT D)

“Siapakah di antara kamu yang karena kekhawatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?”

(Lukas 12: 25)

Pagi-pagi ketika membuka Whatsapp saya tidak menemukan pesan dari papa yang biasanya setiap pagi setia mengirimkan siraman rohani. Walaupun tidak selalu langsung membacanya, saya merasa ada yang hilang kalau tidak ada kiriman dari papa. Tiba-tiba ada pesan masuk di group keluarga dari papa sendiri memberitahukan bahwa dia sekarang ada di ICU rumah sakit karena semalam sesak nafas dan harus dilarikan ke rumah sakit. Saya langsung merasa gentar dan khawatir luar biasa. Papa sudah dua tahun terakhir memang harus bolak-balik dirawat karena berbagai komplikasi penyakit yang dia derita. Biasanya kalau papa masuk ICU, saya akan langsung berpikir untuk mencari tiket ke Makassar. Tetapi dengan kondisi pandemik Covid-19, saya berpikir ulang untuk menengok papa.

Sebenarnya kekhawatiran saya terhadap kondisi papa telah mulai ketika saya mendengar beberapa hari yang lalu beliau menerima pasien dari Jakarta yang berkonsultasi. Berita dari mama yang mengabarkan papa hanya sesak, namun suhu badan tidak panas dan batuk, membuat saya lebih tenang walau kadangkala kami, anak-anaknya, melarang papa untuk menerima pasien, tapi panggilan jiwa dan sumpah dokternya, tidak bisa menahan beliau untuk menolong para pasiennya. Saya semakin khawatir ketika melihat foto papa di rumah sakit yang terlihat sangat lemah dan rapuh.

Sebagai orang beriman tentu saja saya berdoa mohon Tuhan berkerja (LET GOD), namun dua hari perawatan, kondisi beliau tidak membaik. Saya merasa tidak berdaya karena saya tidak mampu melakukan apa-apa. Pikiran saya mulai dirasuki berbagai pikiran negatf bagaimana kalau terjadi apa-apa, apalagi muncul wacana Jakarta tertutup. Dalam kecemasan saya yang tinggi, saat saya berdoa tiba-tiba saya mendengar suara Tuhan supaya yang saya lakukan bukan LET GOD tapi LET GO (without D). Let go berarti saya tidak boleh berpegang erat pada kekhawatiran saya, namun melepaskannya (let go) serta membiarkan Tuhan bekerja dengan cara dan waktu-Nya. Hal ini membuat saya belajar mengimani apa yang tertulis dalam Firman-Nya bahwa kekhawatiran tidak pernah menambah sehasta saja dari hidup ini. Saat saya tak mampu apa-apa, Tuhan yang berkarya.

Papa telah sembuh. Namun sesungguhnya, bukan hanya papa yang disembuhkan Tuhan. Saya pun mengalami kesembuhan dari penyakit kekhawatiran yang ada dalam diri saya. Pandemik ini masih terus berlangsung. Kekhawatiran selalu hadir silih berganti dalam diri kita. Kiranya Tuhan menolong kita untuk bisa let go dan sepenuhnya berserah pada karya-Nya. Soli Deo Gloria.


(Yunita Randanan)

WAKTU
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.” Pengkhotbah 3: 1 (TB2) Pernah dengar...