
“…dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat,…”
(Efesus 6:16)
Ada adegan menarik dalam salah satu adegan sinetron Preman Pensiun. Bos Saep sedang merekrut para calon copet untuk dijadikan anak buahnya dan ikut meramaikan khazanah percopetan di kota Bandung. Bisnis yang menurutnya adalah bisnis pemindahan uang yang bisa dilakukan di mana saja asalkan calon copet memiliki keahlian yang mumpuni. Dia akan mengajarkan beragam cara memindahkan uang dari calon korbannya yang lengah. Dalam merekrut calon copet, dia akan mengajukan tiga persyaratan yang harus dipenuhi oleh calonnya, yaitu miskin, pengangguran dan lemah iman. Jika tiga pesyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka calonnya tidak akan berhasil menjadi copet yang handal. Biasanya untuk persyaratan pertama dan kedua, calonnya langsung mengiyakan, tetapi ketika persyaratan ketiga diajukan, mereka akan bertanya: “Lemah iman?”.
Ternyata untuk menjadi copet yang berhasil, bukan saja keadaan miskin dan pengangguran yang memaksa seseorang untuk menjadi copet, tetapi keyakinan dalam dirinya yaitu iman yang lemah sehingga mencuri menjadi salah satu cara mencari uang yang bisa dilakukan secara cepat. Tidak semua orang miskin dan pengganguran menjadi lemah imannya sehingga mereka akan menolak untuk menjadi copet dan memilih cara yang benar untuk mendapatkan uang walaupun tidak secepat jika menjadi copet.
Adegan ini mengingatkan kita akan kehidupan kita sebagai pengikut Kristus. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Efesus mengibaratkan hidup kekristenan bagaikan berlaga dalam medan pertempuran. Dalam pertempuran di medan perang, perisai adalah tameng yang melindungi prajurit agar lawan tidak bisa melukainya. Bagi orang Kristen, iman kepada Tuhan adalah perisai kita di kala menghadapi keadaan hidup yang bisa menjerumuskan kita ke dalam perbuatan yang bertentangan dengan Firman-Nya. Rasul Paulus mengajarkan kita bahwa kehidupan kita tidak terlepas dari masalah, cobaan, godaan yang datang silih berganti menghampiri. Pertempuran kita melawan kuasa si jahat yang ingin menjatuhkan iman kita supaya kita tidak percaya lagi kepada Tuhan dan mulai mengandalkan kekuatan dan menuruti kehendak diri sendiri. Karena itu, kuat iman menjadi kunci dari kemenangan melawan si jahat di tengah kehidupan kita.
Pengenalan akan Tuhan lewat Firman-Nya membuat iman kita terus bertumbuh dan menjadi kuat di dalam Dia. Tentu saja, tak lupa bahwa kekuatan iman kita pun merupakan anugerah dari Tuhan yang mengasihi kita. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita semua dengan iman yang kuat.
(Debby Puspita)