Warta Minggu Ini
LAYU TAK LAGI BERSERI

“Hai suami-suami, kasihilah istrimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.”
(Kolose 3 : 19)

Umumnya orang pada waktu pacaran, menganggap bahwa pacarnya adalah seseorang yang paling cantik di dunia, tidak ada duanya! Setelah menikah sekian lama, ada yang setelah beberapa tahun, ada yang setelah beberapa bulan, ada juga yang baru beberapa hari, matanya mulai terbuka. Ternyata, ada wanita cantik atau pria ganteng lain di sekitarnya. Makin lama yang cantik dan ganteng semakin banyak saja, sedangkan sang istri atau suami di rumah dilihatnya, bagai sekuntum bunga, layu tak lagi berseri. Para suami atau istri tidak merasa, bahwa yang menyebabkan sekuntum bunga layu tak lagi berseri adalah mereka sendiri.

Bagaimana pasangan tidak menjadi layu tak lagi berseri, bila tak pernah lagi dirayu, tak pernah lagi dipuji. Kehidupan rumah tangga mulai terasa hambar, tegur dan sapa hanya sekadar saja. Masing-masing pasangan merasa ada yang berubah pada pasangannya. Gerak tubuh, mimik wajah, tatapan mata pasangannya, dirasakannya sangat berbeda. Kau bukan yang dulu lagi, begitu kata hatinya. Ini yang membuat pasangan maupun diri kita menjadi cepat layu, tak lagi berseri !

Persoalannya adalah, bagaimana kita bisa membuat hati pasangan kita gembira, membuat pasangan kita bahagia? Untuk membuat pasangan kita bahagia, tidak cukup hanya dengan limpahan harta benda. Tidak perlu itu gelang emas yang besar-besar, lebih besar dari borgol polisi. Apa gunanya gelang-gelang emas di lengan kanan, gelang-gelang emas di lengan kiri, gelang emas di kaki, semua itu tidak berarti, kalau wajahnya muram, tidak berseri. Tutur kata yang mesra, hati yang sabar, tatapan mata yang menyejukkan hati, itu jauh lebih berharga buat pasangan kita. Itu yang membuat hatinya gembira, menimbulkan rasa bahagia yang tidak terbilang, yang jauh meresap sampai ke sumsum tulang!

Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, mengatakan agar kita mengasihi dan jangan berlaku kasar terhadap istri. Tentu pesan yang sama berlaku pula bagi para istri untuk mengasihi dan tidak kasar terhadap suami. Mengasihi mempunyai makna yang jauh lebih dalam, jauh lebih kudus, dari sekadar menyenangkan saja. Mengasihi bukan berarti menuruti segala keinginan pasangan kita. Kalau ada yang kurang baik dengan pasangan kita, tegurlah dia dengan bijaksana. Teguran yang positif, bukan berarti kita benci, bukan berarti kita tak sayang pada pasangan kita. Malah sebaliknya, itu berarti kita peduli, kita sayang pada pasangan kita. Berlaku kasar bukan hanya dalam perbuatan fisik semata. Kata-kata, seringkali jauh lebih menyakiti hati, oleh karena itu kita harus menjaga mulut kita, terutama lidah kita! Saat kita menyakiti pasangan dengan kata-kata, tentu saja kita sedang melakukan kekerasan verbal kepadanya.

Semoga peringatan Bulan Keluarga di gereja kita, mengingatkan kita, agar lebih lagi meningkatkan hubungan yang harmonis di tengah keluarga, antara suami dan istri, orangtua dan anak, dengan mertua, dengan saudara, dengan sesama, di manapun kita berada. Biarlah damai sejahtera dunia ini berawal dari damai sejahtera di rumah kita. Home sweet home.

(Wis)

AKULAH TUHAN, TIADA YANG LAIN
“Akulah TUHAN, yang menjadikan segala sesuatu, yang seorang diri membentangkan langit, yang menghamparkan bumi – siapakah yang mendampingi Aku?”...