Warta Minggu Ini
KRAMPUS

“Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.” (Matius 2 : 16)

Salah satu film bertema Natal yang beredar di bioskop-bioskop ibukota beberapa minggu ini adalah Krampus. Kisah Krampus sebenarnya berasal dari legenda Jerman tentang sisi gelap Santa Klaus yang hadir kepada anak-anak nakal. Namun legenda ini dikisahkan ulang menjadi sebuah film horor yang menarik dan memiliki makna yang dalam. Dalam film, Krampus digambarkan sebagai makhluk bertanduk, tinggi besar, berbulu, membawa rantai untuk mengikat korbannya, dan datang bersama dengan berbagai mainan anak-anak yang menakutkan. Krampus datang apabila ada seorang anak yang membenci Natal karena si anak membenci keluarganya. Maka Krampus akan menjumpai keluarga si anak dan melenyapkan seisi keluarga agar tidak ada lagi kebahagiaan. Karena itu sifat Krampus yang dinarasikan dalam film tersebut adalah “Krampus came not to reward, but to punish. Not to give, but to take.”

Memang agak sulit menemukan makna film Krampus ini di tengah suara latar musik yang sengaja dibuat keras dan menegangkan. Tetapi ketika kita menemukan ada beberapa kata dan kalimat yang sengaja diulang, seperti puzzle, kita akan menjumpai kisah Natal yang bermakna. Satu kalimat lainnya yang bermakna indah adalah “Natal, ketika orang kehilangan harapan, maka inilah yang terjadi…” Awalnya saya bingung dengan kalimat ini yang diulang dua kali. Lalu saya mencoba menyambungkannya dengan sifat Krampus yang tidak memberi tetapi mengambil serta keluarga si anak yang satu per satu lenyap dirampas oleh Krampus. Saya berjumpa dengan pesan Natal, ketika orang tidak lagi memiliki harapan maka yang terjadi adalah orang akan kehilangan dan putus hubungan dengan orang-orang yang dikasihinya.

Kisah Natal yang kita rayakan setiap tahun dengan penuh sukacita, dalam Alkitab, kisahnya tidak seluruhnya berisi kabar gembira. Para keluarga yang memiliki anak-anak berusia dua tahun ke bawah gelisah, takut dan sedih ketika Herodes memerintahkan pasukannya untuk membunuh anak-anak mereka. Herodes seperti halnya Krampus yang meniadakan dan memutuskan relasi antara orangtua dan anak, bahkan manusia dengan sesamanya. Herodes yang hilang harapannya untuk membuat dunia ini lebih baik lewat pemerintahannya, memilih takut kehilangan takhtanya setelah mendengar berita akan lahir seorang Raja besar yang baru. Akibatnya Natal bagi sebagian keluarga merupakan berita mengerikan daripada kegembiraan. Saat Natal tidak lagi membuat orang memiliki harapan, maka Natal menjadi begitu menakutkan.

Entah mengapa tema Natal kita tahun ini berbunyi: “Natal, Pemulihan Allah bagi Relasi yang Hilang.” Saya merasa tema ini cocok sekali dengan tema film Krampus yang berkisah tentang Natal yang hilang karena orang tidak lagi berharap adanya relasi yang indah dengan keluarganya, dengan orang terdekatnya. Dengan tema ini, sesungguhnya kita berdoa agar relasi kita dengan sesama, kerabat dan keluarga yang mungkin telah hilang dan rusak dapat pulih kembali. Biarlah Natal tetap membawa harapan bagi kita bahwa relasi yang pulih akan berdampak bagi keadaan dunia yang penuh damai sejahtera. Maka “kesukaan bagi dunia” terus berkumandang sampai selamanya. Selamat Natal, jangan kehilangan harapan, maka yang terjadi adalah relasi yang hilang dipulihkan.

(Pdt. Linna Gunawan)

PEMURNIAN DALAM PELAYANAN GEREJAWI (Renungan Seri Doa Pentakosta), Jumat 11 Mei 2018
Beberapa waktu terakhir muncul istilah fake Christian yang sedang popular di dalam ranah pelayanan gerejawi. Fake Christian atau orang-orang...