
“Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun”
(Ulangan 6: 7)
Saya pernah membaca kutipan: “Children will follow your example more than your advice.” Kutipan itu memberi pengaruh besar dalam pola saya dan suami membesarkan kedua anak kami. Ketika kami mau mengajarkan disiplin waktu, kami mulai dengan mengajak anak-anak mempersiapkan segala keperluan sekolahnya dari malam sebelumnya. Bahkan ketika kami hendak mengajarkan anak-anak agar tidak terlambat ke gereja, kami mengajak mereka untuk mempersiapkan pakaian hingga persembahan dari malam sebelumnya. Sebagai orang tua, kami melakukan lebih dulu semuanya dan menjadikannya sebagai kebiasaan bersama di rumah. Dalam perjalanannya, saya akui proses belajar bersama tersebut tidak mudah. Saat putri sulung saya memasuki masa transisi menjadi seorang remaja, dia sering membandingkan pola asuh kami dengan teman-temannya. Tak mudah baginya menjalani kedisiplinan, di saat ada pilihan untuk bebas tanpa aturan. Begitu pula dengan kami sebagai orangtua, kesulitannya terletak pada menjaga konsistensi sebagai orangtua yang menjadi teladan. Namun, setelah dijalani, proses belajar kedisiplinan itu, ternyata mempermudah putri saya sekarang dalam membagi waktu dan prioritas di sela-sela pekerjaannya.
Sebenarnya Alkitab sudah mencatat sebuah prinsip parenting yang diperintahkan Allah kepada bangsa Israel seperti tertulis dalam Ulangan 6:7. Prinsip ini masih relevan hingga hari ini. Di balik perintah ini, terselip sebuah pesan bagi para orangtua untuk mengajarkan anak-anaknya tetap mengasihi TUHAN Allah dan melakukan apa yang menjadi perintah-Nya, setiap saat, konsisten, berkelanjutan dan dalam kondisi apapun. Ini berarti orangtua dituntut menyediakan waktu dan setia belajar bersama dalam perjalanan tumbuh kembang anak-anaknya agar tetap pada jalur yang Tuhan kehendaki. Tuntutan itu menjadi tidak mudah di masa sekarang, saat kemajuan teknologi dan informasi semakin sulit dibendung. Saya sering merasa tertinggal sepuluh langkah di belakang anak-anak saya. Bahkan saat saya sudah mengunduh aplikasi pengawasan penggunaan gadget di ponsel putra bungsu saya yang berkebutuhan khusus, ternyata masih saja ada celah di mana dia bisa membuka konten yang semestinya sudah dibatasi.
Ulangan 6:7 ini seperti jadi pengingat bahwa tantangan kemajuan teknologi dan informasi harus diimbangi dengan komitmen para orangtua untuk bersedia menyediakan waktu lebih banyak dan berkualitas bagi anak-anaknya. Membangun komunikasi dan relasi yang karib dengan anak. Kita pun diajak untuk bersedia mengorbankan kenyamanan pribadi agar anak-anak dapat bertumbuh dalam iman yang benar. Kiranya Roh Kudus saja yang menolong setiap orangtua mampu melakukan tanggung jawabnya. Soli Deo Gloria.
(Rina Nicholas)