
“Selagi dicobai dengan berat dalam berbagai penderitaan, sukacita mereka meluap,dan meskipun mereka sangat miskin, mereka kaya dalam kemurahan.” (2 Korintus 8: 2)
Sering mendengar ucapan lebih baik memberi daripada menerima? Ternyata ungkapan itu terdapat dalam Kisah Para Rasul 20:35. Ungkapan ini adalah sebuah prinsip yang mengajarkan pentingnya memberi dan juga sikap kepedulian kepada sesama. Rasul Paulus sangat terkesan dengan pelayanan kasih dan kemurahan hati jemaat di Makedonia. Mereka telah memberi menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.
Saya pernah membaca di media sosial bahwa ada seorang bapak penjual gerabah, yang menjajakan dagangannya dari kampung ke kampung. Tiba-tiba bapak penjual gerabah itu berhenti, lalu mengeluarkan bekal nasi bungkusnya dan diberikan kepada seorang ibu pemulung yang sedang menggendong anaknya yang masih kecil. Ibu pemulung itu menerima dengan sukacita, karena siang itu ia belum makan. Akan tetapi, tak lama kemudian nasi bungkus itu kembali diberikan kepada bapak penjual gerabah lagi, karena ibu pemulung itu berpikir, mungkin bapak penjual gerabah itu juga belum makan. Namun, penjual gerabah tadi bersikeras tetap memberikan bekal nasi bungkusnya kepada ibu pemulung dan anaknya. Sebuah pemandangan yang sangat mengharukan. Terkadang empati dan bela rasa itu justru sering terjadi pada orang-orang seperti mereka.
Dalam 2 Korintus 8: 4-5, Paulus memuji jemaat Makedonia, yang walaupun berkekurangan tetap membantu pelayanan kepada orang-orang kudus di Yerusalem yang menderita. Ia berkata “Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kami, supaya mereka juga beroleh anugerah untuk ambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. Mereka memberikan lebih banyak daripada yang kami harapkan (ayat 4-5a).
Dengan demikian, memberi tidak harus menunggu kaya, tapi memang karena berniat mau memberi. Memberi bisa berupa materi, tenaga, doa, atau ide-ide yang membangun. Semua kebaikan, sekecil apapun, Tuhan akan mengingat dan memperhitungkan saat kita kembali menghadap-Nya. Manusia bisa menghapus semua kebaikanmu, hanya karena satu kesalahan. Sedangkan Tuhan mengingat kebaikan yang kamu lakukan dengan ketulusan hati. Maka lakukan banyak kebaikan, sebagai bentuk ungkapan syukur kepada Tuhan Sang Pemberi Anugerah. Selamat melanjutkan aktivitas bersama berkat Tuhan.
(Yani Himawan)