Warta Minggu Ini
KELAS INSPIRASI

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

(Roma 8 : 28)

Hari yang saya nantikan tiba. Hari untuk berbagi cerita dengan anak negeri melalui “Kelas Inspirasi” Gerakan Indonesia Mengajar. Rasa lelah pun seolah sirna ketika melihat antusiasme murid-murid SDN Sadeng 1 dalam menyambut kedatangan para relawan dari berbagai suku, etnis, agama dan profesi yang berbaur dan mau meluangkan waktu untuk menginspirasi anak negeri melalui profesinya. Bagi Mbak Inung, sang koordinator, hari “H” merupakan hari yang sangat menegangkan, karena menjelang Hari Inspirasi tersebut ada 6 orang relawan yang mengundurkan diri karena berbagai macam alasan, entah karena sakit, ada keperluan mendadak sampai tidak bisa terbang dikarenakan adanya penutupan bandara di ujung timur Indonesia akibat asap tebal. Tapi saya bersyukur ketika perasaan gelisah Mbak Inung terjawab melalui kesediaan para relawan yang tersisa untuk mengajar sampai tiga kelas demi menggantikan relawan yang berhalangan hadir.

Kehadiran para relawan di tengah-tengah SDN Sadeng 1 sangat menggembirakan bagi para guru dan murid-murid sekolah tersebut. Kegaduhan murid-murid kelas 1 dan kelas 2 SD, sangat menyadarkan saya bahwa guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa, yang seringkali kita abaikan jasanya. Banyak cerita dari para relawan ketika mengajar murid-murid kelas 1 dan 2 SD, yang relatif masih sulit untuk bisa bersikap tertib di dalam kelas, karena sifat kekanak-kanakan mereka. Seorang relawan berbagi cerita kepada saya: “Waduh mbak Kum, mumet (baca: sakit kepala) aku ngajar bocah (baca : anak) kelas 1 & 2 SD, mlayu-mlayu neng kelas (baca : lari-larian di dalam kelas) bahkan ada yang berantem. Sampai waktu ngajarku 45 menit hanya aku habiskan untuk melerai mereka yang berkelahi.” Spontan saya jawab: “Kamu baru mengajar beberapa jam saja, bagaimana bapak dan ibu gurunya yang sudah mengajar mereka bertahun-tahun?” Akhirnya kita berdua tertawa terbahak menertawakan diri kita masing-masing yang mengeluhkan bahwa tidak mudah mengajar murid-murid SD.

SDN Sadeng 1 terletak di pelosok Semarang yang mayoritas warganya beragama Islam, namun di antara murid-murid SDN Sadeng 1 tersebut, ada seorang murid yang menarik perhatian saya, sebut saja, Petra. Petra, satu-satunya murid yang beragama Kristen, yang “survive” bersekolah di SDN Sadeng 1, tanpa merasa dibedakan oleh kawan-kawannya. Ketika semua murid belajar mengaji karena pendidikan agama yang diberikan di SDN Sadeng 1 tersebut adalah agama Islam. Petra juga mendapatkan Pendidikan Agama Kristen, sesuai keyakinannya. Seorang guru, sebut saja Ibu Yus, beliau satu-satunya guru di SDN Sadeng 1 yang beragama Katolik, yang dengan setia menjadi guru agama bagi Petra. Beliau selalu menanamkan nilai-nilai kasih seperti yang Yesus teladankan. Ibu Yus mempunyai keyakinan bahwa meskipun Petra berbeda dengan teman-temannya, namun Petra bisa bertumbuh menjadi anak yang baik. Dia selalu meyakinkan Petra bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu, seperti Paulus meyakini penyertaan Tuhan. Allah mempunyai rencana yang indah bagi setiap anak-anak-Nya. Melalui kehadiran Petra dan Ibu Yus di SDN Sadeng 1, Allah ingin anak-anak-Nya terus bisa menjadi kitab yang terbuka yang bisa dibaca sesamanya melalui kasih yang mereka pancarkan bagi sekitar.

Demikian juga marilah kita terus belajar untuk peka terhadap panggilan kita dengan menjadi kitab yang terbuka bagi sesama kita.

(Kumalawati Abadi)

BERJALAN BERSAMA YESUS
” …Janganlah kamu takut dan terkejut. Majulah besok menghadapi mereka, TUHAN akan menyertai kamu.” (2 Tawarikh 20 : 17b)...