
“Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.”
(1 Korintus 13: 1)
Salah satu mata pelajaran yang paling sulit untuk dikuasai oleh putra kami adalah pelajaran bahasa Mandarin. Seorang teman yang memiliki anak sekelas dengan putra kami, kebetulan sangat menguasai bahasa tersebut. Suatu hari menjelang ujian, ia menawarkan putra saya dan beberapa teman lain untuk bertemu secara online. Di tengah kesibukannya, ia rela menyisihkan waktu dan dengan sabar mengajar bahan ujian yang sulit. Bantuan yang ia berikan cukup menolong putra kami dan teman-temannya dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian saat itu.
Saya kemudian merenungkan. Di tengah dunia yang bergerak semakin cepat dan penuh kompetisi, kasih sebagian besar orang seringkali berubah menjadi dingin. Orang cenderung menjadi individualis, tidak mau peduli pada kebutuhan sesamanya. Padahal dunia sebetulnya terus mencari dan menantikan kehangatan kasih Kristus yang terpancar melalui kehidupan pengikut-Nya. Karena itu bagi saya, apa yang dilakukan teman anak saya tadi merupakan sebuah tindakan kasih yang nyata, namun langka untuk kita temui.
Ayat bacaan kita hari ini mengingatkan akan begitu pentingnya kasih dalam kehidupan orang beriman. Sekalipun kita pintar dan hebat, mampu berkata-kata dalam berbagai bahasa sekalipun, tanpa kasih, itu semua tidak ada gunanya. Ya, siapapun bisa memiliki berbagai pengetahuan dan kemampuan, bahkan karunia-karunia rohani yang hebat dan luar biasa. Namun tanpa kasih, semua itu akan sia-sia. Kehebatan semata bisa membuat orang menjadi sombong dan membawa pada kehancuran. Begitu pula dalam kehidupan bergereja. Kita tidak cukup hanya memiliki berbagai kemampuan dan karunia yang hebat. Tanpa kasih, gereja Tuhan tidak akan bisa menjadi kesaksian bagi dunia. Tetapi dengan kasih, maka semua kemampuan dan kehebatan itu bisa dipakai untuk membangun sesama dan gereja.
Kasih adalah perintah Tuhan Yesus sendiri dan menjadi tanda bagi dunia bahwa kita adalah milik-Nya (Yohanes 13: 34 – 35). Kasih yang benar, memberikan terang dan kehangatan di tengah kehidupan dunia yang semakin gelap dan dingin secara rohani. Tanpa kasih, tindakan dan kemampuan sebesar apapun akan menjadi tak berarti. Sebaliknya, dengan kasih, tindakan dan kemampuan sekecil apapun, akan sangat besar artinya. Karena itu, biarlah kasih Kristus yang nyata, senantiasa menghangatkan jiwa kita dan mendorong kita untuk terus menjalani kehidupan di dalam kasih.
(Illona Farolan)