“Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.”
(Yohanes 15: 15)
“Papi berangkat ya,” kata papi kepadaku. Setelah papi mengucapkan kalimat itu, suara mesin motor terdengar menjauhi gerbang yang ditutup. Suara itu menjadi tanda bahwa papi telah benar-benar berangkat menuju tempat kerjanya. Pada masa kecil, aku sering menangis di pagi hari karena ini. Belum lagi, kalau mami juga pergi berbelanja ke luar walaupun sebentar. Sendirian di rumah tidak enak rasanya. Namun semua berubah saat pintu terbuka, aku akan asyik menginterogasi orang tuaku yang baru pulang.
Mungkin, aku sudah sadar tentang arti “people come and go” sehingga di kelas 5 SD aku berniat memutuskan pertemanan dengan teman baikku semata-mata agar aku tidak terikat dengan mereka saat perpisahan setahun lagi. Egois ya? Aku menyadari memang tidak mungkin manusia bisa menemani sahabatnya 24 jam setiap hari. Tetapi sejujurnya aku perlu sosok sahabat. Namun, apakah ada yang sanggup menemaniku dan menjadi sahabatku?
Penghujung tahun 2021, aku menangis di dalam kamar. Anehnya di tengah hujan, bisikan lembut mulai terdengar dan terus membisiki hatiku. Sosok itu memeluk diriku hangat. Di tengah tangis, aku tidak sendiri. Ada yang mendengar tangisanku, yaitu Tuhan Yesus. Di saat aku mulai menyerah mencari banyak hal dalam dunia ini, Tuhan yang sudah ada dan selalu ada makin terasa. Ya, aku tak pernah sendiri, Tuhan tak pernah meninggalkanku.
Tapi aku yang takut ditinggalkan itu adalah aku yang sering meninggalkan satu-satunya sosok yang tak pernah meninggalkanku. Tuhan seolah-olah tak cukup bagiku. Namun, cinta Tuhan memang tidak masuk akal. Dia tetap mati di kayu salib untukku. Dihapuskannya dosa-dosaku dan Ia tetap merangkulku. Ia mengobati luka-lukaku dengan utuh. Ia menangis bersamaku dan menghapus air mataku. Dia menderita untukku. Dia hidup untuk mati. Kematian-Nya membawa kehidupan, untuk melayakkanku jadi sahabat-Nya sekalipun salib adalah harga yang harus dibayar-Nya (Yohanes 3:16).
Aku menyadari aku bukan sahabat yang baik. Aku sebenarnya tak pantas untuk punya sahabat yang baik. Tetapi Tuhan Yesus, tidak pernah menutup pintu. Ia tidak menyerah. Saat aku pergi, Ia mencariku agar aku bisa kembali. Ia tak pernah meninggalkanku. Ia satu-satunya yang tak pernah pergi. Ia satu-satunya Sahabat yang setia. Ia adalah Tuhan Yesus, Sahabatku.
Grace Angelique Natanael
(peserta katekisasi remaja tahun 2023-2024)