
“Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba.”
(Markus 13: 33)
Akhir-akhir ini banyak sekali saya menerima kabar duka di WhatsApp, baik dari saudara, rekan kerja maupun rekan sepelayanan. Rasanya belum hilang rasa terkejut dan sedih mendengar kepergian seorang rekan kerja maupun saudara dan sahabat, kembali berita itu datang bertubi-tubi seperti badai topan yang menghempas padang pasir. Pandemi yang melanda ini tidak mengenal siapa kita, kedudukan kita, usia maupun status sosial-ekonomi kita. Badai pandemi ini meluluhlantakkan seluruh tatanan kehidupan. Kehidupan yang kita jalani hari demi hari seolah menjadi sangat berharga dibandingkan apapun juga yang kita miliki saat ini. Setiap helaan nafas hidup kita merupakan anugerah Tuhan yang paling berharga dan tak ternilai di saat sebagian orang berebut ruang perawatan di rumah sakit, dan berjuang mendapatkan oksigen demi mempertahankan hidupnya.
Keadaan sekarang ini membuat saya merenungkan hidup ini seperti jarum jam yang terus berputar. Kita tidak pernah tahu kapan jarum jam tersebut akan berhenti berputar. Kita tak pernah tahu kapan keadaan badai ini berhenti dan berganti menjadi tenang. Kita tak pernah tahu kapan rasa takut, kuatir, bimbang, bingung dan masih banyak lagi perasaan lain yang berkecamuk di dalam hati kita masing-masing menghilang. Seolah kita semua sedang menunggu giliran kapan jarum jam kehidupan akan berhenti.
Beberapa waktu lalu, satu lagu lawas Kristen menguatkan saya di tengah berita kesedihan mengisi hari-hari saya. Lagu ini pula yang mengantar saya pada perenungan perkataan Kristus, dalam Injil Markus, untuk selalu berjaga dalam menjalani hidup ini. Lirik-lirik lagu ini adalah
Jam kehidupan diputar sekali
Dan tak seorangpun tahu kapan kan berhenti
Mungkin hari ini… mungkin esok, mungkin nanti
Cepat atau lambat… tak s’orangpun tahu
Bila waktunya
Sadarilah kawan hidup ini tak terulang
S’karanglah waktunya yang kau miliki
S’karang waktunya
Refr.:
Milikilah kasih Yesus
Yang menjadikan hidupmu berarti
Bekerjalah di ladangnya
Agar hidup tiada percuma
Kiranya kita terus memohon kepada Tuhan agar Dia memberi kita hati yang bijaksana untuk menggunakan waktu yang ada. Kiranya belas kasihan dan cinta Tuhan terus menguatkan kita semua melewati badai hidup ini. Marilah kita berjuang untuk mengisi hari-hari kita dengan segala sesuatu yang bermakna dengan membagikan cinta kasih Tuhan kepada sesama kita. Soli Deo Gloria!
(Kumalawati Abadi)